Antara Paman Sam, Rudal Nuklir dan Jugun Ianfu

CNN Indonesia
Rabu, 11 Jan 2017 15:48 WIB
Di tengah ancaman nuklir dari Korea Utara, kerja sama Jepang-Korea Selatan dinilai lebih penting ketimbang meributkan persoalan Jugun Ianfu.
Ancaman nuklir Korea Utara membuat kerja sama Jepang-Korsel jadi sangat penting. (REUTERS/KCNA)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kevakuman politik Korea Selatan dan kekhawatiran Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe soal dukungan partai konservatif di negaranya kembali menyulut sejarah pertikaian di masa lalu. Di sisi lain, ketakutan akan nuklir Korea Utara juga menuntut kedua kedua negara terus bekerja sama.

Permasalahan budak seksual di masa peperangan, yang disebut Jugun Ianfu, kembali mencuat seiring ketidakpastian sikap Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap Korea Utara. Padahal, negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu telah berkali-kali meluncurkan uji coba nuklir dan rudal, melanggar sanksi PBB.

Kembali mencuatnya permasalahan di masa lalu membuat hubungan antara Jepang dan Korea Selatan mendingin. Kedua negara sekutu AS ini bahkan menunda pembagian informasi intelijen militer dan konferensi tingkat tinggi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini bisa menghambat usaha untuk meningkatkan kerjasama keamanan di kawasan. Namun, dengan situasi yang semakin memanas, para pengamat berharap hubungan dua negara besar Asia ini bisa segera diperbaiki.

"Kim Jong-un dalam pidato tahun barunya mengatakan Korea Utara akan menyelesaikan proses pengembangan ICBM (rudal antarbenua), jadi Korea Selatan tahu betul kerja sama dengan Jepang dan Amerika Selatan sangat penting," kata mantan pejabat pertahanan Narushige Michishita yang kini menjadi dosen di National Graduate Institute for Policy Studies, sebagaimana dikutip Reuters, Rabu (11/1).

"Namun, juka mereka ingin meningkatkan kerja sama ... masalah politik bisa memengaruhi keputusan untuk bergerak, terutama di pihak Korea," ujarnya, merujuk pada usaha untuk mengintegrasikan sistem pertahanan rudal AS-Jepang dan AS-Korsel.

Seorang pejabat senior yang tidak disebutkan namanya juga menyebut hubungan kedua negara yang merenggang dapat memengaruhi kerja sama keamanan dengan Jepang.

"Misalnya, kita mungkin tidak bisa mendapatkan informasi dengan cepat jika Korea Utara meluncurkan rudal," ujarnya. "Dengan jarak yang ada, sulit untuk Pasukan Pertahanan Jepang untuk memantau, sehingga Jepang mesti mengandalkan informasi Korea Selatan dan Amerika Serikat."

Selain itu, negosiasi untuk mengevakuasi warga Jepang menggunakan pesawat Pasukan Pertahanan Jepang jika terjadi situasi darurat akan sulit dilakukan, ujarnya.

Pada akhir pekan lalu, Jepang menyatakan telah memanggil sementara duta besarnya untuk Korea Selatan. Alasannya adalah masalah keberadaan patung peringatan Jugun Ianfu di dekat konsulat Jepang di Busan.

Tokyo menyebut patung yang ditempatkan di sana sejak tahun lalu, dan satu patung lain dekat Kedutaan Besar Jepang di Seoul, melanggar perjanjian perjanjian Desember 2015. Dalam perjanjian itu, masalah Jugun Ianfu "dapat diselesaikan selamanya" jika semua syarat dapat dipenuhi.
Permasalahan Jugun Ianfu telah menodai hubungan Jepang-Korsel sejak lama, (REUTERS/Kim Hong-Ji)Permasalahan Jugun Ianfu telah menodai hubungan Jepang-Korsel sejak lama, (REUTERS/Kim Hong-Ji)
"Jika perjanjian Jepang-Korea Selatan gagal, akan ada permasalahan dengan dampak serius bagi kedua pihak," kata penasihat Shinzo Abe, Masahiko Shibayama, kepada Reuters. Dia juga mengatakan kedua negara adalah rekan yang sangat penting dalam bidang keamanan dan ekonomi.

Abe telah meminta maaf dan memberikan bantuan senilai $1 juta untuk korban perbudakan seks itu. Pekan ini, dia mengulangi seruannya kepada Seoul untuk menjaga kesepakatan dan menghancurkan patung-patung yang dipermasalahkan.

Namun, pemerintah Korea Selatan sedang dalam keadaan sangat lemah menyusul pemakzulan Presiden Park Geun-hye yang terjerat skandal korupsi.

Sejumlah pakar menyebut sikap keras Abe, yang sebelum menjabat sempat mempertanyakan permintaan maaf Jepang terkait hal ini, adalah dampak kritik dari pendukung konservatifnya.

"Kepemimpinan Jepang kini berterimakasih pada gerakan nasionalis yang cukup kuat," kata Andrew Horvat, dosen tamu di Josai International University.

Tetap saja, Tokyo menunjukkan sikap keras dengan menarik duta besarnya, dan pelaksana tugas Presiden Korea Selatan Hwang Kyo Ahn menyerukan agar Jepang menahan diri.

"Tensi soal patung ini mungkin hanya sementara. Terutama Korea Utara terus meningkatkan ancamannya," kata Jeon Kyong-mann, analis dari Institute for Korean Integration of Society di Seoul.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER