Obamacare hingga Netanyahu, Akhir Pekan Trump di Gedung Putih

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 23 Jan 2017 12:21 WIB
Setelah dilantik, Trump langsung menghabiskan akhir pekannya dengan menyetujui sejumlah kebijakan baru, menghapus peninggalan Obama.
Setelah dilantik, Trump langsung menghabiskan akhir pekannya dengan menyetujui sejumlah kebijakan baru, menghapus peninggalan Obama. (Reuters/Jonathan Ernst)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah dilantik pada Jumat (20/1), Donald Trump langsung menghabiskan akhir pekannya dengan meladeni konfrontasi terhadapnya dan menyepakati sejumlah kebijakan baru yang umumnya menghapus regulasi peninggalan Barack Obama.

Kesibukannya dimulai setibanya Trump di Gedung Putih setelah mengikuti upacara pelantikan di Capitol Hill. Ia langsung merilis perintah eksekutif untuk menyusun langkah penghapusan Undang-Undang Perawatan Terjangkau atau biasa disebut Obamacare.

Perintah tersebut langsung menimbulkan kontroversi dan pertanyaan mengenai nasib 20 juta warga AS yang asuransi kesehatannya dijamin dalam regulasi tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun Trump memastikan, para warga yang dilindungi dalam Obamacare tak akan kehilangan asuransinya sembari pemerintah menyusun regulasi baru untuk menggantikan undang-undang tersebut.

Tak berapa lama, Kementerian Kehakiman AS mengirimkan surat keputusan yang menyatakan bahwa Trump dapat mempekerjakan menantunya, Jared Kushner, menjadi staf pribadinya. Kementerian itu memastikan bahwa keputusan itu tak melanggar undang-undang anti-nepotisme.

Pada malam hari, Trump memerintahkan kepala staf kepresidenannya, Reince Priebus, untuk menunda persetujuan semua regulasi baru yang disepakati oleh pemerintahan Obama. Priebus mengatakan, Gedung Putih akan mengkaji ulang semua keputusan tersebut.

Perbaikan hubungan dengan intelijen

Keesokan harinya, Trump langsung bertandang ke markas Badan Intelijen Pusat (CIA). Sebelum dilantik, ia sempat berselisih dengan intelijen AS akibat laporan mengenai peretasan Rusia dalam pemilihan umum yang dilaporkan dilakukan untuk membantu Trump menang.

Namun dalam pidatonya di markas intelijen tersebut, Trump memastikan bahwa ia menaruh kepercayaan besar pada CIA.

"Ini merupakan kunjungan resmi saya yang pertama, tak ada yang merasakan kekuatan komunitas intelijen dan CIA lebih dari Donald Trump, tidak ada. Saya sangat mendukung kalian dan saya tahu, mungkin terkadang kalian tak mendapatkan dukungan yang kalian inginkan," katanya.

Perang dengan media

Selain masalah intelijen, Trump juga mengeluhkan sikap media yang tak adil. Tak lama setelah Trump dilantik, banyak media memberitakan betapa sedikitnya rakyat yang datang ke inaugurasi Trump ketimbang Obama.

Trump menuding sejumlah stasiun televisi tak mengungkap fakta sebenarnya mengenai jumlah orang yang datang di upacara inaugurasinya.
Obamacare hingga Netanyahu, Akhir Pekan Trump di Gedung PutihTrump menuding sejumlah stasiun televisi tak mengungkap fakta sebenarnya mengenai jumlah orang yang datang di upacara inaugurasinya. (Reuters/Lucas Jackson (L), Stelios Varias)
"Saya selalu bertengkar dengan media. Mereka merupakan bagian dari manusia paling tak jujur di Bumi," katanya.

Dalam jumpa pers pertama yang diadakan Gedung Putih, Sekretaris Pers, Sean Spicer, pun menyatakan perang dengan media karena memberitakan perbedaan jumlah pengunjung di inaugurasi Trump dan Obama.

"Ini adalah penonton terbesar yang pernah menyaksikan pelantikan. Itu yang seharusnya kalian tulis dan beritakan," katanya.

Kaji ulang NAFTA

Di hari yang sama, Trump berkomunikasi dengan Presiden Meksiko, Enrique Pena Nieto, dan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, dan mengundang mereka untuk membicarakan kembali Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).

Berlaku sejak 1994, NAFTA memicu kemarahan pemilih di negara-negara bagian industrial AS yang membawa Trump memenangi pemilu dan menjadi presiden.

Undang Netanyahu bahas masalah Israel-Palestina

Pada hari Minggu (22/1), Trump menghubungi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan mengundanganya untuk datang ke AS guna membicarakan perundingan damai dengan Palestina.

"Presiden menekankan perdamaian Israel dan Palestina hanya dapat dinegosiasikan secara langsung oleh kedua pihak. AS akan bekerja sama dengan Israel untuk mencapai tujuan itu," bunyi pernyataan Gedung Putih sebagaimana dikutip AFP, Senin (23/1).

Namun, Gedung Putih itu tidak menyinggung wacana pemindahan kantor kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Sekretaris pers Gedung Putih, Sean Spicer, mengatakan bahwa gagasan itu belum matang.

"Kami berada di tahap yang sangat awal bahkan untuk membahas hal ini," katanya.
Obamacare hingga Netanyahu, Akhir Pekan Trump di Gedung PutihSean Spicer mengatkaan, gagasan pemindahan kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem belum matang. (Reuters/Carlos Barria)
Jika benar terlaksana, keputusan AS memindahkan kantor perwakilannya ini akan berkontradiksi dengan konsensus sebagian besar masyarakat internasional yang tidak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Sebagian besar negara asing menempatkan kantor kedutaannya untuk Israel di Tel Aviv sebagai upaya menampik klaim Israel di Yerusalem, wilayah yang selama ini diperebutkan oleh Palestina.

Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, memperingatkan perpindahan kantor dubes ini bisa membuyarkan upaya perdamaian di Timur Tengah. PBB dan Uni Eropa juga telah menyuarakan keprihatinan atas usulan AS tersebut.

Selain perdamaian Israel-Palestina, Trump dan Netanyahu juga akan membahas ancaman yang ditimbulkan Iran.

Setelah itu, Trump menelepon Gubernur Georgia, Nathan Deal, untuk mengucapkan belasungkawa atas bencana badai besar yang menewaskan 18 orang di selatan AS.

Sementara Trump sibuk menjalani hari-hari pertamanya sebagai presiden, ratusan ribu orang memadati ruas-ruas jalan di Washington DC, menolak sang presiden duduk di Gedung Putih. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER