Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Rusia meminta
Fox News meminta maaf karena seorang pembawa acaranya, Bill O'Reilly, menyebut Presiden Vladimir Putin sebagai "pembunuh" dalam sebuah wawancara dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
"Kami menganggap perkataan dari perusahaan
Fox TV itu melecehkan, tak dapat diterima, dan diucapkan secara jujur. Kami ingin mendapatkan permohonan maaf dari perusahaan TV yang dihormati itu," ujar juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, sebagaimana dikutip
Reuters, Senin (6/2).
Namun, O'Reilly menolak permintaan ini dengan satu pernyataan yang bernada kelakar. "Saya sedang menyusun permintaan maaf itu, tapi mungkin butuh waktu. Kalian bisa memintanya lagi sekitar tahun 2023," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hubungan antara Putin dan Trump memang menjadi sorotan luas di AS. Intelijen AS melaporkan, Rusia meretas pemilihan umum pada November lalu untuk membantu Trump. Di lain sisi, Trump disebut terlalu memuja Putin.
Dalam wawancara itu, Trump ditanya seberapa tak bersalah AS dalam hubungan dengan Rusia. Trump menjawab, AS sendiri melakukan beberapa kesalahan. Jawaban Trump ini menyinggung beberapa anggota kongres partai penyokongnya, Republik.
Ketika ditanya lebih lanjut mengenai pernyataan itu, Trump hanya menjawab, "Saya tak perlu mengklarifikasi. Pertanyaannya adalah apakah kalian menghormatinya? Dia adalah pemimpin negara besar."
Selama 17 tahun belakangan, Putin mendominasi peta politik di Rusia. Ia dituding kerap membunuh rival politiknya. Namun, Putin selalu menampik tudingan tersebut.
(has)