Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah mahkamah banding Amerika Serikat menolak untuk memberlakukan kembali perintah kontroversial soal imigrasi yang dikeluarkan Presiden Donald Trump, pelancong yang sempat dilarang memasuki negara tersebut buru-buru memasuki celah kini kembali terbuka.
Putusan yang dijatuhkan pada Jumat pagi (3/2), adalah babak terakhir dari sengkarut yang dimulai pada 27 Januari lalu, saat Trump mengeluarkan perintah eksekutif unutk melarang pengungsi dan pelancong dari Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman.
Untuk saat ini, pengadilan banding mempertahankan putusan yang diambil di tingkat pengadilan lebih rendah di mana perintah Trump dinyatakan mesti ditunda sembari menunggu peninjauan hukum yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tenggat waktu selanjutnya adalah Senin waktu setempat, ketika semua pihak mesti mengajukan dokumen tambahan kepada hakim banding, menurut jadwal yang ditetapkan oleh pengadilan.
Sementara itu, pelancong dari negara-negara yang diincar Trump mulai berdatangan di tanah Amerika membawa visa yang berlaku.
Di New York, warga Sudan berusia 33 tahun, Kamal Fadlalla berbahagia. Setelah sepekan tertahan di negara asalnya, dia kini kembali ke AS bersama teman-teman dan rekan kerjanya.
"Rasanya senang sekali," kata Fadlalla kepada
AFP, Minggu (5/2), di bandara John F Kennedy. "Seminggu ini berat sekali."
Mahasiswa Iran Sara Yarjani, yang sebelumnya dideportasi di bawah perintah Trump, tiba di Los Angeles.
 Demonstrasi sempat terjadi di sejumlah bandara karena pelancong tidak diperbolehkan masuk AS. (REUTERS/Laura Buckman) |
"Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada semua pengacara dan semoa orang yang menolong saya," ujarnya sambil menangis.
Di Suriah, sarjana hukum berusia 25 tahun yang enggan disebutkan namanya mengatakan dirinya berkendara ke Beirut pada Minggu untuk mengejar pesawat di Aman, menuju ke New York.
"Saya langsung loncat dan tidak bisa tidur sejak itu. Saya senang sekali!" ujarnya.
Trump sebelumnya mengutus Wakil Presiden Mike Pence untuk menyampaikan pandangan Gedung Putih dalam sejumlah acara diskusi politik, Minggu. Pence menyebut keputusan itu "menjengkelkan."
"Kami akan bergerak sangat cepat," ujarnya kepada Fox News, sebagaimana dikutip
AFP, Senin (6/2). "Kami akan memenangkan argumen karena kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi negeri ini, yang juga merupakan kewenangan presiden Amerika Serikat."
Namun pada tengah hari, setelah beristirahat dari Twitter hampir seharian, Trump mulai berkicau lagi.
"Saya tidak percaya seorang hakim menempatkan negara kami dalam keadaan bahaya seperti ini. Jika sesuatu terjadi, salahkan dia dan sistem pengadilan. Orang-orang berdatangan. Gawat!" tulisnya.
"Saya sudah menginstruksikan Badan Keamanan Negara untuk mengecek orang-orang yang masuk ke negara kita dengan saksama. Pengadilan membuat pekerjaan ini jadi sangat sulit."
Sehari sebelumnya, Trump juga berkicau habis-habisan membela kebijakannya dan menyerang Hakim Federal James Robart yang memutuskan untuk menunda perintah imigrasi ini di Seattle.
Ditanya apakah komentar Trump soal Robart kelewat batas, Pence membela bosnya itu.
"Semua Presiden punya hak untuk kritis terhadap cabang lain dari pemerintahan federal," ujarnya kepada CBS News.
(aal)