Kim Jong Nam dan Sejarah Mata-mata Perempuan Korea Utara

CNN Indonesia
Senin, 20 Feb 2017 11:33 WIB
Kebiasaan Korea Utara menggunakan mata-mata perempuan membuatnya dicurigai mengotaki pembunuhan Kim Jong-nam, kakak tiri Kim Jong-un, di Malaysia.
Ilustrasi tentara perempuan Korut. (REUTERS/Jacky Chen)
Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Utara sejak lama kerap menugaskan mata-mata perempuan dalam tugas-tugas paling berbahaya dan mematikan. Karena itu, penangkapan dua orang perempuan--yang salah satunya warga Indonesia--terkait pembunuhan Kim Jong-nam di Malaysia menuai kecurigaan terhadap pemerintah Korut sendiri.

Pemerintah Korea Selatan pun menuding pemerintah yang di pimpin Kim Jong-un, adik tiri korban, berada di balik kasus pembunuhan ini. Terutama karena polisi telah menangkap seorang warga Korea Utara dan mengejar empat orang lainnya yang diduga sudah melarikan diri ke luar negeri.

Sejarah penggunaan mata-mata perempuan oleh Korea Utara mulai dari pesawat Korea Selatan yang meledak di Asia Tenggara, pejabat militer dipancing berhubungan seksual, hingga agen rahasia yang pulang menggunakan kapal selam kecil. Cerita ini dirangkum oleh kantor berita Australia, ABC, akhir pekan ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yang pertama adalah Kim Hyon-hui. Pada November 1987, dua agen Korea Utara yang berpura-pura menjadi seorang ayah dan anak perempuannya meninggalkan bom waktu di pesawat Korea Selatan ketika transit di Abu Dhabi di tengah perjalanan dari Baghdad ke Seoul.

Pesawat tersebut meledak dan menewaskan 115 orang penumpuang yang dibawanya, menurut penyelidik Korea Selatan.

Kedua pelaku yang menggunakan paspor Jepang palsu ditangkap di bandara Bahrain. Kala itu, agen laki-laki yang berusia 72 tahun bunuh diri menggunakan rokok yang dilumuri sianida. Namun Kim Hyon-hui tak sempat melakukannya karena terlebih dulu dicegah.

Setelah diekstradisi ke Seol, Kim yang berusia 25 tahun mengatakan kepada para penyidik bahwa bom tersebut bertujuan untuk menggangu Olimpiade Musim Panas Seou yang akan dimulai 10 bulan setelah kejadian tersebut.

Dia dihukum mati namun diberi pengampunan dengan alasan dirinya hanya ditipu oleh pemimpin Korea Utara. Bahkan dia juga menikahi petugas intelijen yang menginterogasinya.

Setelah itu, ada pula Won Jeong-hwa yang memasuki Korea Selatan pada 2001 dan berpura-pura membelot. Dia ditangkap dan dipenjara selama lima tahun pada 2008.

Otoritas Korsel menyebut dirinya menggunakan seks untuk memperoleh informasi sensitif dari para perwira militer Korea Selatan dan berencana untuk membunuh mereka. Media setempat langsung menjulukinya sebagai "Mata Hari Korea Utara," merujuk pada penari eksotis yang dikirim untuk mencari rahasia militer di Perang Dunia I.

Setelah dilepas dari penjara, Won mengatakan citra Mata Hari yang melekat padanya dilebih-lebihkan para pejabat dan media. Dirinya hanya sekali saja menggunakan seks sebagai alat untuk mencari informasi dan mengaku jatuh cinta pada seorang perwira muda.

Dia juga mengaku tidak mematuhi perintah untuk membunu dua sumbernya menggunakan racun. Won berupaya keras untuk memulai hidup baru ketika selesai menjalani hukumannya.

Terakhir adalah Lee Sun-sil. Pada 1992, badan intelijen Korea Selatan menyatakan telah menangkap 62 orang yang membuat cabang rahasia dari Partai Buruh Korea Utara di negaranya, di bawah pimpinan perempuan berusia 75 tahun itu.

Lee, yang dilaporkan menempati urutan ke-22 di hirartki politik Korea Utara, tidak ditangkap karena sudah terlebih dulu kembali ke negaranya saat partai bawah tanah itu terpecah. Seorang agen Korut lain yang ditangkap dalam kasus berbeda mengatakan dia mendampinginya memasuki Korsel menggunakan kapal selam kecil.

Dia juga mengatakan Kim Il-sung, pendiri Korea Utara yang juga kakek dari Kim Jong-un, pernah menemui Lee dua kali dan memberinya penghargaan. Lee meninggal dunia pada 2000 lalu dan dimakamkan di taman makam pahlawan Pyongyang.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER