Jakarta, CNN Indonesia -- Pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengutuk ancaman terhadap komunitas Yahudi di negaranya dianggap terlambat. Hal tersebut disampaikan oleh Rabbi Jonah Dov Pesner, direktur Religious Action Center of Reform Judaism.
"Presiden Trump selama ini terus membisu tanpa alasan yang jelas sementara tren anti-Semitisme terus berlanjut dan dapat dikatakan bertambah," kata Pesner yang dikutip AFP, Selasa (21/2).
Sementara Juru Bicara Gedung Putih, Sean Spicer, mengatakan "berapa kali pun (Trump) berbicara soal ini, tidak akan pernah dianggapa memuaskan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Donald Trump akhirnya angkat bicara soal ancaman anti-Semitis terhadap komunitas Yahudi di negaranya dengan menyebut ancaman seperti itu "sangat buruk" dan "menyakitkan."
Memanfaatkan kesempatan dalam kunjungan pertamanya ke Museum Sejarah dan Budaya Afrika Amerika, Trump menyerukan agar semua pihak mengakhiri "dendam dalam segala bentuk buruknya."
Dia menekankan pesan persatuan, mengatakan dirinya akan kembali berusaha untuk "membawa negara ini kembali bersatu" dalam reaksinya terhadap puluhan panggilan telepon berisi ancaman bom palsu terhadap pusat kebudayaan Yahudi beberapa minggu ini.
"Ancaman anti-Semit yang mengincar komunitas Yahudi dan pusat komunitas ini buruk sekali dan sangat meyakinkan--sebuah pengingat bahwa kita masih harus berupaya untuk meredam kebencian, prasangka dan kejahatan," kata Trump.
Akhir pekan ini, lebih dari 100 batu nisan dirusak di pemakaman Yahudi di St Louis, Missouri, kata direktur fasilitas tersebut.
Sementara 11 pusat komunitas Yahudi di lokasi yang berbeda-beda menerima ancaman bom dalam waktu yang hampir bersamaan, Senin. Semua ancaman
itu akhirnya tidak terbukti, seperti puluhan insiden serupa yang terjadi sejak awal tahun.
Putri Trump, Ivanka, yang berpindah agama ke Yahudi pada 2009, mengecam ancaman ini di akhir pekan. Melalui Twitter, dia mengatakan "kita harus melindungi rumah dan tempat peribadatan dan pusat agama kita."
Namun, sang Presiden sebelumnya tidak pernah menyinggung isu ini sama sekali meski ditanya secara langsung.
Ketika ditanya secara spesifik saat konferensi pers pekan lalu, didampingi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, politikus Republik ini hanya memberikan jawaban yang memancing pertanyaan, menjanjikan warga Amerika akan "mendapatkan banyak cinta."
(aal)