Jakarta, CNN Indonesia -- Pejabat Amerika Serikat menyebut China tengah dalam tahap penyelesaian sekitar 20 bangunan yang bisa digunakan untuk meluncurkan peluru kendali di pulau buatannya yang berada di Laut China Selatan.
Sementara respons pemerintahan Donald Trump yang telah bersumpah akan bersikap keras terhadap China di perairan sengketa itu masih dipertanyakan.
Beijing mengklaim hampir seluruh kawasan Laut China Selatan yang menampung sepertiga dari seluruh lalu-lintas laut global. Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam turut mengklaim perairan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Amerika Serikat telah menyebut pembangunan pulau buatan di kawasan ini ilegal.
Membangun struktur konkret dengan atap yang bisa dilepas-pasang di terumbu Subi, Mischief dan Fiery Cross, bagian dari Kepulauan Spratly yang menjadi rumah bagi landasan udara militer China, bisa dinilai sebagai eskalasi militer, kata dua pejabat yang dikutip tanpa nama oleh
Reuters, Rabu (22/2).
"China tidak membangun fasilitas itu untuk didiamkan begitu saja, dan struktur-struktur ini tampak seperti peluncur rudal anti serangan udara, jadi kesimpulan logisnya adalah bangunan itu dibangun sesuai tujuannya," kata salah seorang pejabat.
Pejabat lainnya mengatakan bangunan itu tampak memiliki panjang 20 meter dan tinggi 10 meter.
Sementara itu, seorang juru bicara Pentagon mengatakan Amerika Serikat tetap berkomitmen pada "non militerisasi di Laut China Selatan" dan mendorong semua pihak yang mengklaim untuk mengambil langkah sesuai hukum internasional.
Di sisi lain, ketika dimintai tanggapan, Kedutaan Besar China di Washington belum mau membuka mulut terkait hal ini.
Dalam sidang konfirmasinya di Senat bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson membuat China marah dengan mengatakan akses Beijing ke pulau-pulau buatannya di Laut China Selatan mesti diblokir.
 China kerap melakukan latihan militer di perairan sengketa ini.(REUTERS/Stringer) |
Tillerson setelah itu memperhalus bahasanya, dan Trump lebih jauh menenangkan suasana dengan berjanji akan menghargai kebijakan "Satu China" yang lama dipegang AS, ketika berbicara lewat sambungan telepon dengan Presiden Xi Jinping belum lama ini.
Perluas Payung Pertahanan Greg Poling, seorang pakar Laut China Selatan di Center for Strategic and International Studies di Washington, mengatakan China tampaknya telah memasang persenjataan, termasuk senjata anti-pesawat dan anti-rudal di seluruh tujuh pulau buatannya.
Dua pejabat yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan bangunan-bangunan baru ini sangat mungkin digunakan untuk meluncurkan rudal darat-ke-udara yang akan mempebesar payung pertahanan China di pulau-pulau tersebut. Mereka tidak memberikan waktu pasti implementasi rudal tersebut.
"Langkah ini tentu saja meningkatkan ketegangan," kata Poling. "China semakin baik dalam meningkatkan kapabilitas pertahanannya."
Selasa, Filipina menyatakan negara-negara Asia Tenggara memandang instalasi senjata China di Laut China Selatan sangat meresahkan dan akan ada dialog yang digelar untuk menghentikan eskalasi perkembangan terkini ini.
Menlu Filipina Perfecto Yasay tidak mengatakan hal apa yang memicu kekhawatiran tersebut, tapi dia mengatakan kesepuluh anggota ASEAN berharap China dan Amerika Serikat akan memastikan kedamaian dan stabilitas di kawasan.
(aal)