Jakarta, CNN Indonesia -- Ribuan penentang Presiden Filipina Rodrigro Duterte berunjuk rasa di jalanan Kota Manila memprotes kebijakan perang brutal pemerintah melawan narkoba yang dianggap telah terpolarisasi.
Sekitar 2 ribu pendemo dilaporkan berkumpul di jalanan Kota Manila tepatnya di markas kepolisian nasional Filipina pada Sabtu (25/2), tempat Senator Leila de Lima, salah satu pengkritik terkeras Duterte, ditahan sejak Jumat (24/2).
Mantan Presiden Filipina, Benigno Aquino juga terlihat bergabung dalam kerumunan pengunjuk rasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ribuan pendemo tersebut khawatir tindakan brutal Duterte selama ini memicu terulangnya pemerintahan otoriter yang pernah terjadi di masa kepemimpinan diktaktor Ferdinand Marcos, yang digulingkan dalam revolusi rakyat yang dikenal dengan "People Power Revolution" 31 tahun silam.
"Kami menyikapi masalah ini dengan serius. Kami memperingatkan warga FIlipina terhadap ancaman meningkatnya fasisme," ungkap pemimpin protes Bonifacio Ilagan seperti dikutip
AFP.
Ilagan, merupakan korban penyiksaan di penjara saat pemerintahan militer Marcos berkuasa sekitar 1970-an. Dia khawatir kampanye narkoba Duterte memicu "budaya impunitas" bagi aparat keamanan dan pemerintah.
Sebab, sejak Duterte menjadi orang nomor satu di Filipina, pria 71 tahun itu membebaskan hukuman bagi polisi yang membunuh setiap penjahat dan kriminal narkoba.
Kampanye anti-narkobannya itu disebut telah memakan korban 7 ribu jiwa terduga kriminal.
Setidaknya 2 ribu terduga pengedar narkoba tewas di tangan polisi tanpa melalui proses hukum yang jelas.
Beberapa pihak seperti Amerika Serikat dan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah melayangkan kekhawatiran mereka mengenai dugaan pembunuhan massal di luar hukum yang dilakukan Duterte dalam kebijakannya tersebut.
Meski kampanye anti-narkoba ini menimbulkan sejumlah kecaman internasional, masih banyak pihak yang mendukung kebijakan mantan Wali Kota Davao itu.
Di tempat terpisah, ratusan pendukung Duterte juga turut berkumpul di taman-taman di seluruh Manila untuk menunjukan dukungan mereka terhadap kebijakannya tersebut.
 Presiden Filipina Rodrigro Duterte (REUTERS/Damir Sagolj). |
Tayangan televisi menunjukan aparat kepolisian menyiram ratusan pendemo dengan air untuk meredam aksi mereka. Meskipun begitu, tidak ada pendemo yang dilaporkan terluka serius akibat perbuatan polisi tersebut.
(stu)