Dua Percakapan Rahasia Pemicu Kontroversi Trump-Rusia

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Jumat, 03 Mar 2017 14:39 WIB
Pemerintahan Donald Trump kembali diguncang isu kedekatan dengan Rusia. Kali ini, masalah dipicu oleh jaksa agung pilihannya sendiri.
Presiden Donald Trump terjerat kontroversi kedekatan dengan Rusia. (REUTERS/Jonathan Ernst)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintahan Presiden Donald Trump kembali tercemplung kontroversi kedekatan dengan Rusia, setelah Jaksa Agung Jeff Sessions dituding diam-diam bertemu dengan diplomat perwakilan Moskow di Amerika Serikat.

Masalah seperti ini sebelumnya terjadi pada penasihat keamanan Trump, Michael Flynn, yang dipaksa mengundurkan diri 13 Februari lalu karena dilaporkan berbicara dengan Duta Besar Rusia Sergey Kyslak sebelum sang Presiden dilantik.

Pembicaraan itu dilakukan bertepatan dengan pengusiran 35 diplomat Rusia sebagai balasan atas ikut campur Rusia dalam pemilu AS. Penyelidikan Kongres digelar salah satunya untuk mencari tahu apakah Flynn berupaya untuk meringankan sanksi yang dijatuhkan Obama ketika berbicara dengan Kislyak

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini, Sessions mengundurkan diri dari semua penyelidikan terkait kampanye Trump setelah dia sendiri diketahui dua kali bertemu dengan Kislyak. Hal ini jadi masalah karena dia tidak mengakui pertemuan tersebut ketika ditanyai dalam sidang konfirmasi penunjukkannya sebagai jaksa agung di Senat.

Trump membela pejabat pilihannya itu dengan mengatakan bahwa "pernyataan Sessions tidak salah. Mestinya dia bisa merespons pertanyaan itu dengan lebih akurat, tapi yang dia lakukan jelas tidak disengaja."

Selain itu, penyelidikan Kongres juga dilakukan untuk mendalami hubungan antara kampanye Trump dan pejabat Rusia, baik sebelum pemilu maupun setelahnya, untuk menentukan apakah ada kolusi dalam upaya Rusia memengaruhi hasil pemilu.

Beberapa pendukung Trump mempunyai hubungan usaha dengan Rusia atau politikus dukungan Moskow di Ukraina. Salah satunya adalah manajer kampanye, Paul Manafort, yang mengundurkan diri di akhir Agustus karena dikritik karena masalah kedekatannya itu.

Gedung Putih telah menampik laporan New York Times yang menyebut Manafort dan dua orang juru kampanye Trump berkomunikasi dengan pejabat intelijen Rusia sebelum pemilihan.

Di sisi lain, Partai Demokrat Khawatir partai Republik yang mengusung Trump dan kini menjadi mayoritas di kongres akan berupaya untuk mencegah penyelidikan demi melindungi sang Presiden.

Banyak pihak meminta investigasi independen atau bipartisan terkait masalah campur tangan Rusia ini. Pilihannya, kasus ini bisa didalami oleh komite kongres terpilih, jaksa independen, atau komisi bipartisan yang dipimpin pakar dari luar pemerintahan.

Partai Republik sejauh ini masih menolak langkah lebih jauh untuk mendalami kontroversi ini.

Kontroversi ini mencuat pada Oktober tahun lalu, ketika badan intelijen AS secara publik menuduh Rusia meretas dan membocorkan dokumen memalukan dari Partai Demokrat.

Tiga bulan setelahnya, pada 6 Januari, para bos intelijen mengungkap laporan terbatas yang menyebut pihaknya yakin Presiden Rusia Vladimir Putin berada di balik serangan siber yang bertujuan untuk mengganjal kampanye rival Trump dari Demokrat, Hillary Clinton.

(aal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER