Jakarta, CNN Indonesia -- Langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperbarui larangan memasuki AS -bagi warga negara sejumlah negara berpenduduk mayoritas Muslim- tidak akan mengurangi dampak terhadap sektor pariwisata negara tersebut.
Ungkapan itu disampaikan Kepala Badan Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-bangsa, pada Selasa (7/3), seperti dilansir Reuters.
"Orang-orang tidak akan mau datang ke tempat yang tidak membuat mereka nyaman," ujar Taleb Rifai, sekretaris jenderal badan PBB tersebut sebelum pembukaan pameran perdagangan pariwisata terbesar di dunia, ITB Berlin, yang dimulai Rabu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Trump pada Senin menandatangani sebuah perintah eksekutif yang telah diperbarui menyangkut keimigrasian setelah perintah sebelumnya diblok pengadilan.
Berdasarkan perintah itu, para warga dari enam negara berpenduduk mayoritas Muslim dilarang masuk ke Amerika Serikat, dengan tidak lagi memasukkan Irak ke dalam daftar seperti keputusan sebelumnya. Keenam negara yang masih dilarang itu yakni
Suriah, Iran, Libya, Somali, Yaman dan Sudan. "Ini bukan masalah negara-negara mana yang termasuk (dalam daftar), ini lebih kepada soal perilaku," kata Rifai menambahkan.
Pekan lalu, Rifai mengatakan kepada Reuters bahwa Amerika Serikat telah kehilangan potensi pendapatan sebesar US$185 juta (sekitar Rp2,4 triliun) setiap bulannya setelah larangan pertama diterapkan.
AS juga akan kehilangan puluhan juta dolar lagi setiap bulan jika kebijakan serupa terus diterapkan.
Menurut data bulan ini dari perusahaan analisa pariwisata, ForwardKeys, kekuatan minat kunjungan ke AS dalam beberapa bulan mendatang sudah melemah. Namun, penurunan minat berkunjung ke AS diperkirakan tidak akan berdampak pada minat kunjungan wisata secara umum.
Jumlah wisatawan asing diperkirakan akan tumbuh tiga atau empat persen tahun ini dibandingkan tahun lalu, yang saat itu berjumlah 1,24 miliar orang, kata Rifai.
"Dunia telah membuka diri sedemikian hebatnya. Sekarang begitu banyak pilihan. Kalau kita ingin bermain judi, kita tidak harus pergi ke Las Vegas, sebagai penggantinya kita bisa pergi ke Makau," ujarnya.
Lembaga pengamat pasar Euromonitor telah memangkas perkiraan jumlah wisatawan yang datang di AS hingga tahun 2020 menjadi 84,2 juta dari 85,2 juta di tengah ketidakpastian soal larangan masuk ke AS.
Caroline Bremner, kepala bidang penelitian Euromonitor mengatakan tujuh negara yang sebelumnya dilarang masuk AS memang tidak signifikan jika dilihat dari jumlah wisatawan yang datang ke AS.
Namun, dampak lebih besarnya ada pada pesan yang disampaikan Trump akan keterbukaan dan sambutan di bawah pemerintahan AS yang baru.
(rah)