Jakarta, CNN Indonesia -- Operator penyelamat Korea Selatan, Rabu (22/3), mulai menguji coba pengangkatan bangkai kapal Feri Sewol yang karam dan menewaskan 304 orang tiga tahun lalu.
Para keluarga korban yang emosional berdoa agar proses ini bisa berjalan lancar. Kecelakaan yang banyak memakan korban anak sekolah itu adalah salah satu peristiwa yang memukul telak kepresidenan Park Geun-hye sebelum akhirnya dimakzulkan.
Kapal karam tersebut terbaring 40 meter di bawah permukaan laut, di Barat Daya Korea Selatan. Operasi yang semula dijadwalkan tahun lalu ini ditunda beberapa kali karena alasan cuaca buruk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diduga, sembilan jenazah yang tak dikenal masih terperangkap di sana. Karena itu, mengangkat Feri tersebut secara utuh menjadi tuntutan utama keluarga para korban.
"Saya hanya seorang ibu yang merindukan putrinya. Saya mohon, doakan kami agar kami bisa pulang dengan Eun-hwa," kata Lee Keum-hui, salah seorang keluarga korban yang tinggal di rumah sementara di Paengmok, pelabuhan terdekat dari tempat kejadian, sejak kecelakaan itu terjadi.
"Kami akan sangat berterima kasih jika Anda berdoa bersama kami sehingga korban terakhir kecelakaan ini bisa dikembalikan kepada keluarganya masing-masing," kata perempuan yang menangis tersedu itu, dikutip
AFP.
Anggota keluarga berduka lain masih berkeras tinggal di kamp di puncak bukit Donggeochado, pulau yang paling dekat dengan lokasi.
Pita kuning--simbol bagi para korban kecelakaan mematikan itu--digantung di pohon-pohon terdekat. Warna pita-pita itu kini sudah mulai pudar seiring waktu berjalan.
Dalam atmosfer tegang, salah seorang ayah korban memantau melalui binokuler, mencoba untuk melihat bagaimana operasi pengangkatan bangkai kapal itu.
"Kami tidak akan meninggalkan kamp bahkan setelah Sewol diangkat," kata pria yang menolak menyebutkan namanya itu. "Anda tidak akan pernah tahu apa yang akan Anda temukan di bawah Feri karam tersebut."