Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Parlemen Inggris kembali bekerja seperti biasa pada Kamis (23/3) usai insiden teror yang mengguncang London, kemarin.
Parlemen kembali dibuka setelah anggotanya sejenak mengheningkan cipta sebagai bentuk penghormatan kepada para korban teror. Mereka bersama-sama berdoa di luar markas Polisi Metropolitan London, yang berada dekat lokasi kejadian.
Serangan yang disebut "berkaitan dengan militan Islam" itu menewaskan lima orang dan melukai 40 lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Insiden itu terjadi di Jembatan Westminster, dekat Gedung Parlemen dan landmark Inggris, Big Ben, yang merupakan destinasi utama turis sekaligus jantung London.
Pelaku serangan menabrak pejalan kaki di jembatan dengan mobilnya, sebelum kemudian menabrakkan kendaraannya ke pagar pembatas, dan mencoba menerobos masuk ke Gedung Parlemen.
Dengan pisau terhunus, pelaku berlari ke arah gerbang gedung pemerintahan Inggris itu dan menikam polisi yang tengah berjaga hingga tewas, sebelum ditembak oleh petugas.
Perdana Menteri Inggris Theresa May menyebut serangan itu sebagai aksi biadab dan dia meminta seluh masyarakat Inggris, juga aparat pemerintahan untuk tidak takut dan beraktivitas normal di hari Kamis.
Berbicara di depan kediamannya di Downing Street setelah pertemuan kabinet darurat, May menyebut level kewaspadaan Inggris akan tetap tinggi.
“Kita akan berdiri dan berjalan bersama, tidak menyerah pada teror dan tidak akan mengizinkan suara kebenjian dan kejahatan memisahkan kita,” kata May, yang berbusana serbahitam, dikutip
AFP.
May sendiri berada cukup dekat dengan lokasi kejadian. Dia langsung diamankan oleh petugas ketika suara tembakan terdengar.
Kendati May meminta seluruh warga London untuk beraktivitas seperti biasa, Ratu Elizabeth II justru membatalkan rencananya. Seharusnya, ibu Pangeran Charles itu membuka markas utama Kepolisian Metropolitan London yang baru. Alih-alih, di gedung itu kini berkibar bendera setengah tiang guna sebagai tanda berkabung.