Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Theresa May membuat geger dunia politik Inggris dengan rencananya menggelar pemilihan umum lebih awal pada 8 Juni mendatang, di tengah proses negosiasi Brexit yang sedang berlangsung.
"Setelah referendum tahun lalu memutuskan negara ini keluar dari Uni Eropa, Inggris memerlukan kepastian, stabilitas, dan kepemimpinan yang kuat. Sejak saya menjabat sebagai perdana menteri, pemerintah Inggris telah mencapai itu semua," kata May di depan kantornya di Downing Street, Westminster, Selasa (18/4), seperti dikutip
The Guardian.
Dalam pernyataan persnya yang mengejutkan tersebut, May mengatakan, langkah ini dia ambil di saat perpecahan antar partai dalam parlemen terjadi seputar negosiasi Brexit ini.
Dia mengatakan, pemilu awal bisa memperkuat pemerintahnya dalam menyukseskan proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di saat persatuan dibutuhkan di Westminster [parlemen], malah muncul perpecahan. Negara tengah bersatu saat ini, tapi Westminster tidak," katanya seperti dikutip
CNN.
May juga berharap warga Inggris tetap mendukung dia dan Partai Konservatif yang mengusungnya, mengatakan bahwa "setiap dukungan dari para pemilih untuk Partai Konservatif akan menguatkan saya dalam negosiasi Brexit."
May berencana mencari persetujuan parlemen untuk melangsungkan pemilu awal ini.
Berdasarkan undang-undang yang diperkenalkan pendahulunya, David Cameron, pemilu awal membutuhkan sedikitnya persetujuan dari dua pertiga suara majelis rendah parlemen Inggris atau House of Commons.
Partai Konservatif saat ini memegang kekuasaan yang seimbang di parlemen dengan 330 dari total 650 kursi.
Pemilu awal ini dianggap bisa menarik lebih banyak pendukung bagi Partai Konservatif dan akan memperkuat kekuasaan May menyetir negosiasi Brexit.
Sebab, rencana ini muncul di tengah popularitas partai oposisi pemerintah, Partai Buruh, berada di posisi terendah dalam sejarah.
Berdasarkan jajak pendapat terbaru, Partai Konservatif dua kali lipat lebih populer dari Parati Buruh. Popularitas May juga digadang tiga kali lebih besar dari pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn.
May berhasil menggantikan Cameron menjadi orang nomor satu di Inggris sejak Juli lalu akibat posisinya yang vokal mendukung Brexit.