Trump Buka Kemungkinan Bertemu Kim Jong-un

CNN Indonesia
Selasa, 02 Mei 2017 06:31 WIB
Donald Trump membuka kemungkinan bertemu dengan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un, meskipun hingga kini ancaman nuklir Pyongyang tak kunjung reda.
Trump tidak menjabarkan lebih lanjut syarat yang harus dipenuhi sebelum bertemu dengan Kim. (Reuters/Yuri Gripas)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, membuka kemungkinan bertemu dengan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un, meskipun hingga kini ancaman nuklir Pyongyang tak kunjung reda.

"Jika ada kesempatan bertemu dengannya, saya akan sangat merasa terhormat untuk melakukannya. Dalam kesempatan yang tepat, saya akan bertemu dengannya," ujar Trump dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg News, Senin (1/5).

Trump tidak menjabarkan lebih lanjut syarat yang harus dipenuhi sebelum bertemu dengan Kim. Namun kemudian, Gedung Putih mengatakan bahwa Korut harus memenuhi banyak syarat sebelum dapat bertemu dengan Trump.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jelas sekarang ini syarat-syarat itu belum terpenuhi. Saya pikir, pertemuan itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat," ucap juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer, sebagaimana dikutip Reuters.

Sejak masa kampanye, Trump memang sudah menyiratkan keinginan bertemu dengan Kim. Namun sejak saat itu pula, pemerintahannya terus menekankan bahwa Korut harus menghentikan program nuklir dan rudalnya.

Pemerintahan Trump bahkan dinilai lebih keras. Di bawah Trump, AS sudah berulang kali menyatakan amarah kepada Korut hingga akhirnya mengatakan bahwa "masa kesabaran sudah berakhir."

AS bahkan sudah mengerahkan satu kapal induk pembawa pasukan serbu, Carl Vinson, ke Semenanjung Korea untuk merespons uji coba rudal yang dilakukan oleh Pyongyang.

Ketidakjelasan sikap pemerintahan Trump ini pun menuai kritik berbagai pihak, termasuk pengamat Asia dari Pusat Studi Internasional dan Strategi (CSIS), Bonnie Glasier.

"Saya melihat banyak yang tidak sinkron dari pernyataan-pernyataan pemerintah. Jika ada harapan bernegosiasi mengenai program nuklir dengan Kim Jong-un, AS harus menyatakan sikap jelas," tutur Glasier.

Sementara itu, direktur Asia untuk Human Rights Watch, John Stifon, mengatakan bahwa Trump menciptakan pola bermasalah dengan memberikan pujian kepada pemimpin asing yang memiliki rekam jejak hak asasi manusia terpuruk.

"Anda tidak harus menjadi ahli psikologi untuk melihat bahwa dia mengagumi pemimpin yang mengabaikan hukum," kata Stifon.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER