Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mendadak sibuk sejak pagi tadi (14/5), beberapa saat setelah Korea Utara dilaporkan meluncurkan rudal sejauh 700 kilometer. Aksi tersebut menurut Abe telah mengusik keamanan Jepang, yang posisi negaranya berdekatan dengan Korea Utara.
Bagaimana tidak terusik, Abe mengaku mendapat laporan bahwa rudal yang ditembak Korea Utara terbang sekitar 30 menit sebelum akhirnya jatuh di laut yang memisahkan negaranya dengan Korea Utara.
Abe telah meminta Menteri Luar Negeri-nya untuk menghubungi pejabat di Korea Selatan yang tengah mengalami ketegangan dengan Korea Utara guna membahas peluncuran rudal tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Shotaro Yachi, Penasehat bidang Keamanan Perdana Menteri Jepang juga dimintanya untuk menghubungi H.R. McMaster, pejabat bidang keamanan Amerika Serikat untuk meminta masukan langkah politik apa yang harus diambil Jepang terhadap Korea Utara.
"Kami akan berkoordinasi dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan untuk merespons situasi di Korea Utara ini," kata Abe, dikutip dari
Reuters, Minggu (14/5).
Aksi rezim Kim Jong-un meluncurkan rudal sejauh 700 kilometer dengan ketinggian mencapai 2 ribu km, merupakan jarak tembak terjauh dibandingkan dengan rudal uji coba yang juga pernah diluncurkan Pyongyang pada Februari silam dari daerah Kusong.
David Wright, Ahli rudal dan Direktur UCS Global Security Program berpendapat, uji coba rudal yang dilakukan Korea Utara menunjukkan perbaikan dibanding yang dilakukannya pada Februari.
Wright menilai, sudah dapat dipastikan bahwa Korea Utara mencoba menjangkau target penembakan yang cukup jauh dengan terus melakukan perbaikan atas daya jelajah rudal miliknya.
Sementara Kim Dong-yub, pengamat militer dari Universitas Kyungnam di Korea Selatan menuturkan jika Korea Utara bisa mengembangkan rudal dengan daya jelajah sampai 6 ribu km, maka rudal tersebut bisa mencapai Hawaii.
"Jika laporan yang menyebutkan rudal tersebut mampu terbang selama 30 menit, maka hal itu merepresentasikan kemampuan Korea Utara memproduksi rudal jarak jauh," kata Jonathan McDowell, pengamat dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics.