Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Dewan Perwakilan Amerika Serikat meminta Presiden Donald Trump untuk menyerahkan semua rekaman percakapannya dengan mantan Direktur Badan Investigasi Federal James Comey, seandainya rekaman itu memang ada.
Langkah ini berpotensi mengakibatkan perseteruan dengan Gedung Putih, sementara Partai Demokrat mempertimbangkan untuk memboikot hak suara dalam menentukan pengganti bos detektif yang dipecat itu.
Pekan lalu, Trump menunjukkan gerakan yang tidak biasa, menyiratkan dirinya mempunyai rekamanan percakapan dengan Comey dan memperingatkan agar ia tidak berbicara ke media. Trump dan seorang juru bicara Gedung Putih menolak untuk mengonfirmasi keberadaan rekaman tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senator Partai Republik dari South Carolina, Lindsey Graham, mengatakan Gedung Putih mesti menjelaskan soal keberadaan rekaman percakapan itu.
"Anda tidak bisa bertindak lucu soal rekaman percakapan. Jika ada rekaman dari percakapan itu, maka semuanya harus diserahkan," kata Graham kepada
NBC, dikutip
Reuters, Senin (15/5).
Trump memicu badai politik ketika tiba-tiba memecat Comey pekan lalu. FBI di saat yang sama sedang menginvestigasi dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan umum 2016 dan kemungkinan hubungan antara Moskow dengan tim sukses kampanye Trump.
Partai Demokrat menuding Trump mencoba untuk menggagalkan penyelidikan FBI dan meminta penyelidikan independen terkait hal ini.
Trump menyatakan dirinya memecat Comey karena tidak menjalankan tugas dengan baik dan telah kehilangan dukungan dari para anak buahnya.
Pada Jumat, Trump berkicau "James Comey lebih baik berharap percakapan kami (Trump dan Comey) tidak direkam sebelum membocorkan kepada pers."
Senator Partai Republik dari Utah, Mike Lee, mengatakan rekaman tersebut, jika ada, "wajib" untuk diminta dan Gedung Putih harus mau menyerahkannya.
Lee, yang berpotensi menjadi salah satu calon pengganti Hakim Agung Antonin Scalia, juga mengatakan merekam percakapan di Gedung Putih "bukan ide yang bagus."