Jakarta, CNN Indonesia -- Iran akan menggelar pemilu presiden pada 19 Mei mendatang, yang pertama sejak kesepakatan nuklir dengan negara Barat berhasil disetujui pada 2015 lalu.
Berdasarkan Dewan Wali Iran, ada enam kandidat presiden yang lolos kualifikasi perebutan kursi kepresiden dalam pemilu Jumat pekan ini.
Para capres itu antara lain petahana Presiden Hassan Rouhani, petahana Wakil Presiden Eshaq Jahangiri, Ebrahim Raisi yang merupakan pemimpin organisasi sosial Astan Quds Rasavi, Wali Kota Teheran Mohammad Bagher Ghalibaf, Mostafa Mir-Salim, dan Mostafa Hashemitaba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sejumlah media lokal melaporkan, pertarungan pemilihan presiden kali ini akan tertuju pada pertarungan sengit antara dua capres terfavorit yakni Rouhani dan Raisi, setelah sejumlah kandidat mengundurkan diri.
Konservatif Ghalibaf dan politikus reformis Jahangiri memutuskan mengundurkan diri dari pertarungan pemilu pada awal pekan ini. Ghalibaf menyatakan dukungannya bagi Raisi, sementara Jahangiri memberi dukungan sepenuhnya bagi sang petahana Rouhani.
Hassan Rouhani Presiden Iran Hassan Rouhani menjadi petahana di pemilu presiden pada 19 Mei mendatang. (Foto: REUTERS/Alessandro Bianchi) |
Rouhani, 68, dikenal sebagai politikus moderat dan reformis. Berasal dari Partai Pembangunan dan Moderasi, Rouhani merupakan eks kepala negosiator kesepakatan nuklir Iran yang juga pernah menjabat sebagai sekretaris dewan keamanan nasional tertinggi selama 16 tahun.
Di bawah mantan presiden Mohammad Khatami, Rouhani bertanggung jawab penuh untuk bernegosiasi dengan negara Barat soal program nuklir Teheran.
Rouhani menghabiskan empat tahun jabatannya sebagai presiden mencoba menarik Iran keluar dari isolasi.
Di tangan pemerintahannya sendiri, Iran berhasil menyepakati kesepakatan nuklir bersama Negara Barat yang mengakhiri penerapan sejumlah sanksi internasional terhadap Teheran.
Rouhani, dikutip
Guardian, berupaya menggambarkan pemilu kali ini sebagai pilihan rakyat Iran antara kebebasan sipil atau ekstremisme yang lebih pelik lagi. Menurut jajak pendapat terbaru, elektabilitas Rouhani masih menjadi yang tertinggi saat ini.
Walaupun begitu, Rouhani menghadapi persaingan yang lebih ketat lagi di luar perkiraannya menyusul langkah oposisi yang mencatat prestasi ekonomi dan diplomatiknya selama menjadi presiden tak banyak mengentaskan kemiskinan dan pengangguran di negara Timur Tengah itu.
Ebrahim Raisi Foto: REUTERS/Tasnim News Agency) Calon Presiden Iran Ebrahim Raisi |
Raisi, 56, merupakan politikus konservatif sekaligus pemimpin Astan Quds Razavi, badan amal terkaya di dunia Muslim.
Sepanjang tahun ini, Raisi disebut-sebut sebagai pelopor penerus Pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Hosseini Khamenei. Pemilu presiden dianggap sebagai pembuka jalan bagi Raisi. Sejumlah pengamat mengatakan, dia telah dipersiapkan untuk menjadi pemimpin tertinggi iran selanjutnya.
Meski Raisi juga setuju akan dicanangkannya kesepakatan nuklir Iran, namun dia menuturkan pemerintahan saat ini terlalu mempercayai negara Barat.
"Iran seharusnya tidak menunjukkan kelemahan dalam menghadapi musuh," ucap Raisi dalam suatu debat di televisi beberapa waktu lalu, dikutip
AFP, Rabu (17/5).
Meski di awal kampanye pemilu publik tak banyak mengenalnya, kini Raisi dipandang sebagai kandidat presiden yang menjanjikan keamanan negara yang lebih tangguh dari pemerintahan saat ini.
Sebab, Raisi berencana menerapkan konsep "ekonomi resistansi" yang lebih mandiri lagi bagi Iran dan mulai mengurangi kebergantungan dengan negara asing.
Selama kampanye pemilu, Raisi berupaya mendulang suara dari kelas pekerja dengan menjanjikan memberikan lebih banyak dukungan finansial bagi para kaum buruh. Dia juga memanfaatkan statsunya yang selama ini dikenal sebagai "seyed", atau keturunan langsung Nabi Muhammad.