Jakarta, CNN Indonesia -- Ketegangan meningkat seiring Hizbullah Libanon menyatakan konflik apapun antara kelompok Syiah dan Israel di masa yang akan datang bisa terjadi di tanah Israel sendiri.
Sayeed Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, juga menyatakan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa kelompoknya melucuti semua posisi militer di perbatasan timur antara Libanon dan Suriah. Daerah tersebut kini hanya akan dikawal oleh tentara Libanon.
Sebagai sekutu Teheran dan Damaskus, Hizbullah telah bertempur selama bertahun-tahun dalam konflik Suriah melawan berbagai pemberontak dan pasukan Islamis Sunni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konflik Suriah juga menjadi arena di mana ketegangan antara Israel dan Hizbullah semakin memuncak. Serangan udara Israel terhadap Hizbullah di Suriah tampak menandakan sikap lebih keras terhadap kelompok itu.
Kedua pihak terakhir berperang pada 2006 lalu.
Nasrallah menepikan kemungkinan konflik lain dalam waktu dekat ini. Namun, dia memperingatkan, konflik itu bisa terjadi di wilayah Israel, setelah sebelumnya mengatakan roket Hizbullah bisa menghantam bagian manapun di negara tersebut.
Israel "takut dan khawatir akan konfrontasi di masa yang akan datang ... dan mengetahui itu bisa saja terjadi di wilayah Palestina yang mereka duduki," kata Nasrallah. "Tidak ada tempat yang tidak bisa dijangkau roket dan pasukan pejuang perlawanan."
Sejak perang 2006, Nasrallah kerap menggunakan pidatonya untuk menyoroti kemampuan militer kelompok dalam konflik yang berpotensi pecah dengan Israel. Sejumlah pakar memandangnya sebagai kebijakan penangkalan yang terkalkulasi.
Israel, sementara itu, berniat untuk mencegah Hizbullah menggunakan perannya di Suriah untuk mendapatkan senjata dan pengalaman yang pada akhirnya bisa membahayakan Israel. Kelompok ini mereka pandang sebagai ancaman strategis tertinggi di perbatasan.