Seribu Pemberontak Terakhir Tinggalkan Damaskus

CNN Indonesia
Selasa, 16 Mei 2017 05:17 WIB
Lebih dari 1.000 pemberontak dan keluarganya meninggalkan ibu kota Suriah, Damaskus, pada Senin (15/5), menggenapkan perjanjian antara pemerintah dan oposisi.
Para pemberontak dievakuasi ke daerah yang masih dikuasai oleh oposisi, seperti bagian barat Idlib, di mana pasukan udara pemerintah tak hentinya menyerang. (SANA/Handout via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lebih dari 1.000 pemberontak dan keluarganya meninggalkan ibu kota Suriah, Damaskus, pada Senin (15/5), menggenapkan perjanjian antara pemerintah dan oposisi.

Syrian Observatory for Human Rights melaporkan, dengan evakuasi ini, lebih dari 3.000 orang sudah meninggalkan daerah Qaboun, Damaskus, dalam dua hari belakangan.

Menurut kelompok pemantau tersebut, para pemberontak itu dievakuasi ke daerah yang masih dikuasai oleh oposisi, seperti bagian barat Idlib, di mana pasukan udara pemerintah tak hentinya menyerang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Militer Suriah pun merilis pernyataan yang mengumumkan bahwa mereka sudah “kembali dengan damai dan aman ke daerah Qaboun” setelah menewaskan banyak pemberontak dan meledakkan gudang-gudang penyimpanan mereka.

“Semua ini menguatkan perimeter keamanan di sekitar Damaskus dan mencekik kelompok-kelompok teroris,” demikian bunyi pernyataan militer Suriah sebagaimana dikutip Reuters.

Kesepakatan evakuasi ini merupakan bagian dari serangkaian perjanjian serupa antara pemerintah dan pemberontak selama beberapa bulan belakangan.

Pemerintah menganggap kesepakatan semacam ini merupakan jalan alternatif dari perundingan damai yang tak kunjung usai.

Namun, oposisi mengatakan bahwa kesepakatan ini hanya merupakan bentuk pemaksaan evakuasi para penentang Presiden Bashar al-Assad dari sekitar pusat ibu kota.

Mereka mengatakan, kesepakatan ini biasanya tercapai setelah pemberontak dikepung berbulan-bulan oleh pasukan pemerintah yang sudah menguasai daerah tersebut.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengkritik penggunaan taktik penyanderaan dan kesepakatan paksa tersebut. PBB juga menyatakan, proses evakuasi itu hanya akan menambah permasalahan pengungsi di negara tersebut.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER