Jakarta, CNN Indonesia -- Suriah mengecam serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat terhadap pasukan pro-pemerintah sebagai "serangan kurang ajar" dan menyatakan "tidak akan terintimidasi" oleh aksi tiba-tiba itu.
Pesawat tempur yang dipimpin AS melaksanakan serangan itu pada Kamis di bagian timur Suriah. Sasarannya, konvoi pasukan pro-pemerintah yang menuju garnisun koalisi terpencil dekat perbatasan Yordania.
"Pada Kamis, 16.30, koalisi internasional menyerang salah satu posisi Tentara Arab Suriah di jalan Al-Tanf menuju daerah Suriah Badia, mengakibatkan sejumlah martir dan kerusakan materiil," kata seorang sumber militer kepada media pemerintah, Jumat (19/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Serangan kurang ajar oleh koalisi internasional ini mengungkap kesalahan klaim mereka berperang melawan terorisme," ujarnya dalam laporan yang dikutip
AFP itu.
"Tentara Arab Suriah itu memerangi terorisme di kawasannya, dan tidak ada pihak yang berhak menentukan jalur operasinya."
"Tentara Arab Suriah tidak akan terintimidasi oleh upaya koalisi internasional untuk menghentikan tugas sucinya."
Dalam pernyataan resmi, koalisi pimpinan AS menyatakan telah menyerang "pasukan pro-rezim yang memicu ancaman terhadap Amerika Serikat dan pasukan rekanannya."
Koalisi menyatakan serangan itu dilakukan setelah upaya gagal Rusia "untuk menghalangi pergerakan pro-rezim Suriah" juga "penunjukkan kekuatan pesawat koalisi, dan tembakan peringatan."
Media pemerintah Suriah tidak memberikan jumlah resmi korban serangan itu. Namun, Syrian Overservatory for Human Rights, monitor yang berbasis di Inggris, melaporkan delapan orang yang kebanyakan bukan warga Suriah kehilangan nyawanya.
Sejumlah pasukan reguler dan khusus bertempur bersama pemerintah melawan pemerintah, termasuk pasukan Rusia dan Iran serta militan dari Hizbullah Irak-Libanon.
Serangan yang pada Kamis ini terjadi di tengah peningkatan ketegangan dalam menentukan pasukan mana yang akan menghadapi kelompok teror ISIS di timur Suriah.
Pasukan presiden Suriah Bashar al-Assad mencoba mencegah pasukan dukungan Amerika untuk memimpin pertempuran tersebut.