Antara Moderat dan Konservatif, Pemilu Iran Sulit Diprediksi

CNN Indonesia
Jumat, 19 Mei 2017 15:14 WIB
Sejumlah pengamat meyakini pemilu Iran yang mempertemukan kandidat konservatif dan moderat kali ini bakal berjalan ketat dan sulit diprediksi.
Sejumlah pengamat meyakini pemilu iran kali ini menjadi salah satu persaingan yang sangat ketat dan sulit diprediksi menyusul tak adanya survei resmi. (Foto: AFP PHOTO/ATTA KENARE)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nasib Iran untuk empat tahun ke depan dipertaruhkan seiring dengan pembukaan tempat pemungutan suara pemilihan presiden pada Jumat (19/5). 

Tanpa adanya jajak pendapat resmi, sejumlah pengamat menganggap akan sangat sulit memprediksi hasil pemilu Iran kali ini. Pemilu ini bisa jadi berjalan dengan sangat ketat.

Dari enam kandidat presiden, tersisa dua calon yang dianggap menguasai persaingan kursi kepala pemerintahan negara di Timur Tengah itu setelah dua capres lain mengundurkan diri beberapa hari menjelang pemilu.
Kini, sekitar 50 juta pemilih Iran disodorkan dua pilihan kandidat, antara sang petahana Presiden Hassan Rouhani, politikus moderat pragmatis serta reformis yang fleksibel, atau Ebrahim Raisi, seorang konservatif garis keras yang sangat setia dengan prinsip Revolusi Iran 1979.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rouhani memang dianggap sebagai kandidat yang berpeluang besar untuk memenangkan pemilu hari ini. Namun, hal tersebut masih jauh dari kata pasti.

Suzanne Maloney, Wakil Direktur program Studi Kebijakan Luar Negeri di Institut Brookings, mengatakan elektabilitas eks sekretaris dewan keamanan nasional tertinggi selama 16 tahun itu masih kuat.
Menurutnya, para incumbent selalu diuntungkan oleh preseden hak istimewa dalam persaingan pemilu. Sebab, sejauh ini tidak ada calon presiden petahana di Iran yang tidak berpeluang besar untuk terpilih kembali--setidaknya bukan dalam penghitungan suara secara resmi.

Setiap presiden Iran selalu berhasil mengamankan periode kedua mereka sejak 1981.

Keuntungan lain yang didapat Rouhani adalah dia bisa mengklaim pencapaian kinerjanya selama mepat tahun terakhir sebagai dasar kuat mengapa rakyat Iran harus memlihnya kembali.

Di tangan pemerintahannya, Rouhani berhasil menyepakati kesepakatan nuklir dengan negara Barat, mengakhiri serangkaian sanksi internasional yang selama ini memberatkan ekonomi Teheran.
Hassan Rouhani, Presiden iran yang kembali mencalonkan diri di pemilu Iran tahun iniHassan Rouhani, Presiden Iran yang kembali mencalonkan diri di pemilu Iran tahun ini (AFP PHOTO/Behrouz Mehri)
Selama ini, Rouhani berupaya mengeluarkan Iran dari keterasingan dunia global akibat ambisi nuklirnya. Teheran berusaha menghidupkan kembali hubungan dagang dan ekonomi dengan sejumlah mitra tradisional guna menjinakan hiperinflasi dan mempercepat pertumbuhan PDB negara.

Selain itu, selama empat tahun terakhir, Rouhani berupaya memberikan kebebasan sipil yang lebih besar lagi terhadap rakyatnya, salah satunya kekhawatiran mengenai kesetaraan gender dan kebebasan beragama.

Hasil jajak pendapat tidak resmi yang dilakukan Badan Mahasiswa Iran pada 8 Mei lalu memaparkan Rouhani masih unggul dengan elektabilitas sebesar 42 persen, mengalahkan Raisi yang hanya mendapat 27 persen.

Sementara itu, survei yang diambil oleh International Perspective for Public Opinion pada 10 mei lalu pun masih menunjukan Rouhani masih memimpin persaingan dengan raihan 55 persen suara, meski lagi-lagi jajak pedapat itu tidak memiliki rekam jejak yang mapan memprediksi hasil pemilu Iran.

Yang bisa mengganjalnya adalah catatan oposisi yang menyatakan upaya diplomatik dan ekonomi pemerintah selama ini tak cukup menarik Iran keluar dari kemiskinan dan pengangguran.
Ebrhamim Raisi, politikus konservatif yang digadang jadi Penerus Pemimpin tertinggi Ayatollah Ali KhameneiEbrahim Raisi, politikus konservatif yang digadang jadi Penerus Pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei (AFP PHOTO/Atta Kenare)
Selain itu, Rouhani juga dihadapkan dengan Raisi, politikus kemarin sore yang memiliki banyak dukungan dari tokoh dan ulama besar Iran, termasuk pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Bahkan, pemimpin Astan Quds Razavi--badan amal terkaya di dunia Muslim--ini digadang sebagai calon terkuat penerus Khamenei.

Pemilu presiden dianggap sebagai pembuka jalan bagi Raisi. Sejumlah pengamat mengatakan, dia telah dipersiapkan untuk menjadi pemimpin tertinggi Iran selanjutnya.

"Raisi juga memiliki peluang baik untuk menang. Tapi, tetap hasilnya tergantung keputusan Pemimpin Khamenei," tutur seorang eks pejabat senior Iran yang menolak untuk disebutkan namanya, seperti dikutip The Telegraph.

Jika hasil pemilu hari ini tak mencapai 50 persen suara, dua kandidat teratas akan bersaing dalam putaran kedua pada 26 mei mendatang.

"Hasil pemilu bergantung pada apakah masalah ekonomi akan menang di atas masalah kebebasan. Suara rendah [di bawah 50 persen] bisa membahayakan Rouhani," tutur seorang pejabat yang dekat dengan Rouhani.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER