Jakarta, CNN Indonesia -- Banjir besar dan longsor yang melanda Sri Lanka di tujuh distrik sejak pekan lalu, menewaskan setidaknya 150 orang dan memengaruhi 500 ribu lainnya.
Bencana banjir dan longsor ini disebut-sebut sebagai bencana terparah di Sri Lanka sejak tsunami pada 2004 lalu.
Guna mengatasi hal tersebut, Kementerian Luar Negeri Sri Lanka telah membentuk Unit Tanggap Darurat, untuk mengkoordinasikan upaya pertolongan dan penanggulangan bencana banjir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juru bicara militer Sri Lanka, Roshan Senevirathne, mengatakan bahwa mereka sudah mengerahkan lebih dari 2000 personel ke lokasi-lokasi bencana.
Namun, berkaitan dengan besarnya bencana, mereka pun meminta bantuan kepada komunitas internasional.
“Dalam kaitan ini, Kementerian Luar Negeri berkoordinasi dengan Kementerian Penanggulangan Bencana meminta Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Badan Penasihat Internasional bagi Pencarian dan Penyelamatan ( INSARAG) dan negara-negara tetangga untuk memberikan bantuan pada korban bencana, khususnya yang terkait dengan operasi pencarian dan penyelamatan (SAR),” demikian bunyi pernyataan Kedutaan Besar Sri Lanka di Jakarta, yang diterima
CNNIndonesia.com, Senin (29/5).
Lebih lanjut, Kedutaan Besar Sri Lanka mengatakan kementerian luar negeri akan terus memantau situasi bencana banjir. Terlebih, Badan Meteorologi Sri Lanka memperkirakan, curah hujan akan lebih tinggi dalam beberapa hari ke depan. Bencana pun diduga akan lebih parah.
Organisasi Riset Bangunan Nasional pun akhirnya merilis peringatan bagi warga di tujuh distrik yang terdampak banjir, untuk segera melakukan evakuasi jika hujan tak kunjung reda dalam 24 jam.
Warga di Agalawatte mengatakan, mereka pesimistis air akan surut dalam waktu dekat. Mereka pun tak tahu cara mengevakuasi 47 jasad dan mencari 62 orang lainnya yang masih hilang.
"Semua akses ke desa kami terputus. Longsor membuat desa dan rumah-rumah terkubur. Tak ada yang bisa ke sana," ujar seorang warga Agalawatte, Mohomed Abdulla, kepada
Reuters.Akses ke sejumlah daerah lain juga terputus, termasuk kawasan wisata di Desa Neluwa. Para warga terperangkap banjir dan longsor dengan pasokan makanan yang sangat minim.