Banjir Bandang, Sri Lanka Minta Bantuan Internasional

CNN Indonesia
Senin, 29 Mei 2017 20:37 WIB
Bencana banjir dan longsor ini disebut sebagai yang terparah sejak tsunami 2004 lalu. Sri Lanka pun meminta bantuan pada PBB dan negara tetangga.
Banjir dan longsor di Sri Lanka yang terjadi sejak pekan lalu, menewaskan lebih dari 150 orang. (AFP PHOTO / Lakruwan Wanniarachchi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Banjir besar dan longsor yang melanda Sri Lanka di tujuh distrik sejak pekan lalu, menewaskan setidaknya 150 orang dan memengaruhi 500 ribu lainnya.

Bencana banjir dan longsor ini disebut-sebut sebagai bencana terparah di Sri Lanka sejak tsunami pada 2004 lalu.

Guna mengatasi hal tersebut, Kementerian Luar Negeri Sri Lanka telah membentuk  Unit Tanggap Darurat, untuk mengkoordinasikan upaya pertolongan dan penanggulangan bencana banjir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Juru bicara militer Sri Lanka, Roshan Senevirathne, mengatakan bahwa mereka sudah mengerahkan lebih dari 2000 personel ke lokasi-lokasi bencana.


Namun, berkaitan dengan besarnya bencana, mereka pun meminta bantuan kepada komunitas internasional.

“Dalam kaitan ini, Kementerian Luar Negeri berkoordinasi dengan Kementerian Penanggulangan Bencana meminta Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Badan Penasihat Internasional bagi Pencarian dan Penyelamatan ( INSARAG) dan negara-negara tetangga untuk memberikan bantuan pada korban bencana, khususnya yang terkait dengan operasi pencarian dan penyelamatan (SAR),” demikian bunyi pernyataan Kedutaan Besar Sri Lanka di Jakarta, yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (29/5).

Lebih lanjut, Kedutaan Besar Sri Lanka mengatakan kementerian luar negeri akan terus memantau situasi bencana banjir. Terlebih, Badan Meteorologi Sri Lanka memperkirakan, curah hujan akan lebih tinggi dalam beberapa hari ke depan. Bencana pun diduga akan lebih parah.


Organisasi Riset Bangunan Nasional pun akhirnya merilis peringatan bagi warga di tujuh distrik yang terdampak banjir, untuk segera melakukan evakuasi jika hujan tak kunjung reda dalam 24 jam.

Warga di Agalawatte mengatakan, mereka pesimistis air akan surut dalam waktu dekat. Mereka pun tak tahu cara mengevakuasi 47 jasad dan mencari 62 orang lainnya yang masih hilang.

"Semua akses ke desa kami terputus. Longsor membuat desa dan rumah-rumah terkubur. Tak ada yang bisa ke sana," ujar seorang warga Agalawatte, Mohomed Abdulla, kepada Reuters.

Akses ke sejumlah daerah lain juga terputus, termasuk kawasan wisata di Desa Neluwa. Para warga terperangkap banjir dan longsor dengan pasokan makanan yang sangat minim.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER