AS Hengkang, PBB Minta Dunia Komitmen pada Perjanjian Iklim

CNN Indonesia
Jumat, 02 Jun 2017 20:58 WIB
Sekjen PBB Antonio Guterres meminta semua negar auntuk berkomitmen pada Perjanjian Iklim Paris meski Presiden Trump menyatakan hengkang.
Sekjen PBB Antonio Guterres menyatakan aksi untuk menjaga iklim tak bisa dihentikan meski tanpa Amerika Serikat. (REUTERS/Denis Balibouse)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menyatakan upaya melawan perubahan iklim tak bisa dihentikan dan meminta semua negara untuk berkomitmen pada Perjanjian Paris meski Amerika Serikat hengkang.

"Langkah menjaga iklim tidak bisa dihentikan dan saya mendorong pemerintahan-pemerintahan di seluruh dunia untuk tetap pada jalur, berkomitmen pada implementasi Perjanjian Paris untuk keuntungan kita semua," ujarnya dikutip AFP, Jumat (2/6).

Perjanjian Iklim Paris disepakati pada 2015 silam dan telah diratifikasi 147 negara termasuk AS. Perjanjian ini bertujuan mengurangi pengeluaran emisi gas pembakaran global.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kesepakatan ini juga dibentuk sebagai upaya memperlambat peningkatan suhu global sehingga tak melebihi 2 derajat celcius di atas tingkat pra-industri pada 2100 nanti.

Dalam kesepakatan itu, AS bersama anggota lain yang meratifikasi berkomitmen mengurangi pengeluaran emisi negara sebesar 26-28% dalam satu dekade ke depan.

Namun, harapan berada diujung tanduk setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan pengunduran diri Amerika Serikat dari perjanjian iklim tersebut, satu langkah yang dikecam oleh sekutu negaranya dan para pebisnis.

Selain PBB, keputusan Trump untuk membawa AS keluar juga mengundang reaksi keras dari sejumlah pemerintahan di dunia.

Sementara itu, Rusia yang masih belum meratifikasi perjanjian itu menyatakan kemungkinan besar akan tetap mendukung meski Amerika Serikat telah menyatakan hengkang.

Sejumlah pejabat Rusia mengatakan masih perlu waktu untuk meninjau potensi dampak perjanjian itu pada ekonomi dan telah membahas penyusunan strategi pengembangan rendah karbon. Hal ini membuat para pemerhati lingkungan khawatir Moskow tidak akan meratifikasinya.

Walau demikian, Wakil Perdana Menteri Rusia Arkady Dvorkovich mengatakan keputusan Trump tidak akan membuat Rusia mengubah sikap."Kami sudah memutuskan untuk bergabung dan saya rasa kami akan mengubahnya," kata dia dalam laporan kantor berita RIA yang dikutip Reuters.

"Kesepakatan itu menjadi sinyal persatuan negara-negara dalam tema tertentu. Saya rasa tidak akan ada yang meragukan keputusan Amerika membuat kebijakan soal lingkungan. Kami tentu akan melakukannya (membuat kebijakan soal lingkungan) terlepas dari apakah kita bergabung dalam kesepakatan itu atau tidak."

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER