Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Selatan berencana menangguhkan penempatan terbaru sistem anti-rudal Amerika Serikat (THAAD) yang kontroversial, menyusul dugaan bahwa kementerian pertahanan mengerahkan empat pelontar baru tanpa sepengetahuan Presiden Moon Jae-in.
Menurut Gedung Biru, kantor kepresidenan Korsel, penangguhan ini berlaku hingga kajian dampak lingkungan dari penggunaan THAAD yang diperintahkan Presiden Moon selesai.
"Tidak perlu menarik dua pelontar [THAAD] yang telah dikerahkan. Namun, penempatan pelontar baru baru boleh dilakukan hanya setelah penilaian dampak lingkungan selesai. Kami tak melihat pengerahan instrumen THAAD ini mendesak," tutur seorang pejabat Gedung Biru kepada wartawan, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2016 lalu, Seoul dibawah pendahulu Moon, Presiden Park Geun-hye, sepakat menempatkan THAAD sebagai penangkal ancaman nuklir Korea Utara. Dalam kesepakatan itu, Seoul menempatkan dua dari maksimum enam THAAD.
THAAD ditempatkan di Seongju, bagian tenggara Korsel, dan mulai beroperasi sejak Mei lalu. Adapun, empat pelontar rudal tambahan dilaporkan baru-baru ini dikerahkan di sebuah pangkalan militer AS di Korsel.
Militer Korsel dalam keadaan tertekan setelah Moon--yang tak terlalu mendukung pengerahan THAAD--menuding kemhan menutupi informasi penting tentang penempatan terbaru pelontar THAAD tersebut.
Juru bicara kantor kepresidenan Korsel, Yoon Young-chan, beberapa waktu lalu mengatakan Kemhan dengan sengaja menghilangkan rincian pengadaan instrumen THAAD dalam laporannya kepada presiden.
Diberitakan
AFP, seorang pejabat senior kemhan dilaporkan dikeluarkan dari jabatannya akibat insiden ini.
Menhan Han Min-koo yang menjabat sejak Park berkuasa, dikabarkan akan segera diganti. Dia mengakui penempatan terbaru pelontar THAAD setelah ditekan Moon langsung via telepon.
Sumber militer mengatakan, perjanjian pihaknya dengan militer AS yang sangat rahasia menjadi alasan kenapa laporan pengerahan pelontar baru THAAD disembunyikan dari presiden.