Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Selatan menunda pengerahan sejumlah komponen anti-rudal milik Amerika Serikat hingga kajian mengenai dampak lingkungan dari sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) tersebut rampung.
Seorang pejabat Korsel mengatakan, penundaan ini dapat memakan waktu lama, mengingat proses kajian dampak lingkungan tersebut bisa mencapai satu tahun.
Sejak pengerahan komponen THAAD dimulai pada Maret lalu, AS sudah mengirim enam alat pelontar, yaitu dua pada Maret dan empat lainnya pada pekan lalu.
Namun, pengiriman empat alat pelontar terakhir tersebut tidak dilaporkan ke pemerintah pusat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tak masuk akal untuk menarik dua pelontar yang sudah dipasang, tapi pemasangan peralatan tambahannya dilakukan setelah kajian dampak lingkungan rampung," katanya sebagaimana dikutip
Reuters.
Sementara itu, pihak Kementerian Pertahanan AS sendiri emngatakan akan tetap menjalankan kerja sama ini dengan transparan.
"Kami akan terus berkoodrinasi dengan pemerintahan Moon [Jae-in, Presiden Korsel]," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Anna Richey-Allen.
Moon sendiri merupakan sosok yang dikenal sangat skeptis terhadap pengerahan THAAD ini. Sejak masa kampanye, ia selalu menyerukan kajian menyeluruh sebelum pemerintah memutuskan pengerahan sistem anti-rudal ini.
Sejumlah negara di kawasan, terutama China, juga menganggap pengerahan THAAD ini justru dapat mengancam keseimbangan keamanan di kawasan.Selain itu, China juga menentang pengerahan ini karena radar THAAD diduga dapat mencapai wilayahnya.
Melihat kemelut ini, Moon pun berencana "bernegosiasi secara serius" dengan Washington dan Beijing soal penempatan sistem pertahanan tersebut.