Jakarta, CNN Indonesia -- Militer Suriah memastikan akan menghentikan perang di bagian selatan Suriah sampai Kamis (6/7) mendatang. Gencatan senjata akan diberlakukan di Provinsi Quneitra, di mana pasukan Israel berjaga di garda depan beberapa waktu belakangan.
Pernyataan itu disampaikan stasiun televisi yang dimiliki pemerintah Suriah.
Gencatan senjata yang disampaikan melalui perintah jenderal militer langsung itu terhitung dimulai sejak Minggu (2/7) tengah hari waktu setempat. Seperti diberitakan Reuters, tindakan itu diambil sebagai bukti untuk mendukung usaha perdamaian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini sudah gencatan senjata ke-dua yang terjadi selama dua pekan terakhir.
Namun gencatan senjata dari militer Suriah masih dipertanyakan oleh beberapa pihak, terutama Southern Front yang merupakan koalisi dari kelompok pemberontak Free Syrian Army.
Juru bicaranya, Mayor Issam al Rayes mengatakan pada Reuters, “Free Syrian Army sangat tidak percaya akan niat rezim untuk menghormati gencatan senjata. Itu hanya akan menjadi seperti yang sebelumnya.” Ia bukan hanya bicara soal militer Suriah di Quneitra semata, tetapi juga koloni mereka yang didukung oleh Iran.
Ketidakpercayaan itu dilatarbelakangi kejadian pada 17 Juni lalu saat militer juga mengumumkan gencatan senjata. Namun itu justru menciptakan peperangan di selatan Deraa, provinsi Quneitra, yang berbatasan dengan Israel.
Kini pengumuman terbaru bukan hanya terbatas di Deraa. Gencatan senjata juga berlaku bagi seluruh bagian selatan Suriah, termasuk di sebelah barat daya yang dekat dengan perbatasan dengan Israel dan provinsi Sweida di sebelah selatan Suriah.
Pemberontak meluncurkan serangan melawan pemerintaah Baath pekan lalu. Mereka mencetak kemenangan di daerah selatan dan barat, namun militer kembali memukul mundur sebagian besar pemberontak ke posisi awal mereka.
Tentara Israel juga beberapa kali menyerang pos terdepan militer Suriah di daerah itu. Lokasi itu juga merupakan tempat bercokolnya tentara Hizbullah yang didukung Iran.