Jakarta, CNN Indonesia -- ISIS mengklaim bertanggung jawab terhadap bom mobil mematikan yang meledak di pos militer di North Sinai, Mesir, Jumat (7/7). Dalam sebuah pernyataan, ISIS menyebut bahwa pejuangnya yang melakukan pengeboman, memang sudah menarget daerah itu.
Alasannya, militer Mesir bersiap melawan kelompok militan Muslim Sunni di sana. Menurut keterangan petugas yang dikutip Reuters, dua bom meledak di dua pos militer, tak jauh dari Rafah, perbatasan jalur Gaza. Setidaknya 23 tentara meninggal dan 26 lainnya luka-luka.
Petugas menggambarkan aksi itu sebagai serangan yang terkoordinasi. Sementara bom mobil meledak, penembak dari kendaraan berat roda empat meletuskan senapan kepada tentara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Militan di kendaraan berlapis baja itu juga melemparkan granat.
Pengeboman itu termasuk salah satu yang paling berdarah di Mesir, selama beberapa tahun belakangan. Serangan fatal terakhir terjadi pada Juli 2015, saat militan Syiah menyerang sejumlah pos militer dan menewaskan sekitar 17 tentara.
ISIS setidaknya mulai ‘mengacau’ di Sinai, daerah dengan padat penduduk di Mesir, sejak 2013. ‘Letusan’ perang mulai terjadi setelah protes masyarakat setempat berhasil menggulingkan presiden yang beragama Islam, Mohamed Mursi.
Peristiwa itu menjadi tantangan baru bagi Presiden Abdel Fattah al-Sisi. Ia sendiri baru-baru ini menyebut ISIS adalah ancaman paling kuat saat ini, sementara dirinya bagaikan benteng melawan ekstremisme di wilayah yang sarat akan kekerasan dan perang.
(rsa)