Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah meningkatnya ancaman Korea Utara, Amerika Serikat mengklaim berhasil menguji coba sistem pertahanan rudal mereka pada Selasa (11/7).
Badan Pertahanan Rudal AS menyatakan, sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) itu berhasil menembak rudal balistik jarak menengah (IRBM).
Lembaga itu mengatakan, IRBM merupakan rudal yang lebih sulit diintersepsi ketimbang jenis lainnya. IRBM juga merupakan jenis rudal yang sedang dikembangkan oleh negara-negara seperti Korut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keberhasilan uji coba THAAD untuk menangkal ancaman IRBM menunjukkan kemampuan pertahanan negara terhadap ancaman rudal yang dikembangkan di Korea Utara dan negara lainnya," demikian pernyataan Badan Pertahanan Rudal AS.
Sebagaimana dilansir
Reuters, upaya ini dilakukan setelah Badan Pertahanan Rudal AS dikritik karena belum pernah menguji coba THAAD, tetapi sudah mengerahkan sistem itu di Pulau Guam pada 2013 lalu.
Dengan demikian, tidak ada jaminan THAAD dapat menangkis kekuatan IRBM yang memiliki jangkauan 3.000 hingga 5.500 kilometer. Guam sendiri terletak sekitar 3.400 kilometer dari Korut.
Sementara itu, kini Korut sudah mengeluarkan ancaman baru, yaitu akan menyerang AS dengan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang memiliki jangkauan lebih dari 5.500 kilometer.
Meski belum teruji, AS sudah menawarkan pengerahan THAAD di Korea Selatan untuk menangkis ancaman dari Korut. Pengerahan ini ditentang oleh banyak pihak, termasuk China, karena dianggap justru akan memperkeruh suasana.
Menanggapi kisruh ini, seorang kontributor proyek pemantau Korut di AS, John Schilling, mengatakan bahwa THAAD bukan merupakan sistem yang mumpuni untuk menangkis ancaman sebesar ICBM.
"Melawan ICBM dengan THAAD sama saja seperti menyuruh anak sekolah pemain baseball untuk menangkap lemparan bola dari atlet liga besar. Benar-benar di luar jangkauannya," katanya.