Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat disebut tengah meninjau ulang pilihan yang ada setelah Rusia mengusir 755 diplomat keluar dari Moskow, menyusul sanksi terbaru yang hendak dijatuhkan Washington.
Hal itu dibuktikan lewat penundaan penandatanganan undang-undang sanksi terbaru Rusia oleh Trump.
Trump juga memilih bungkam alih-alih menuangkan emosinya di Twitter, seperti yang biasa dia lakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cuitan terakhirnya, sekitar enam jam lalu, hanya komentar tentang hari yang indah di Gedung Putih.
Sebelumnya, pejabat Kementerian Luar Negeri AS menyebut tindakan Putin “sangat disesalkan dan tidak beralasan”.
Sementara juru bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders tidak ingin banyak berkomentar soal pengusiran ratusan diplomat AS oleh Kremlin.
“Saat ini kami tengah menimbang semua pilihan yang kami miliki. Jika sudah ada informasi lebih lanjut, kami akan segera mengabari,” tutur Sanders.
Dia juga meyakinkan bahwa Trump akan tetap menandatangani undang-undang tersebut, tanpa menyebut tanggal pasti.
Pada Kamis, Senat AS meloloskan undang-undang yang akan memperberat sanksi terhadap Rusia akibat campur tangan dalam pemilu AS pada 2016 juga karena aksinya mencaplok Crimea dari Ukraina.
Selain Rusia, Iran dan Korea Utara juga menjadi target dalam undang-undang tersebut.
Gedung Putih menyebut bahwa Trump akan menandatangani undang-undang tersebut, meskipun hal itu bisa merusak kesempatan Amerika Serikat memperbaiki hubungan dengan Rusia.
Sebagai respons atas tindakan AS mempertegas sanksi, Rusia memerintahkan Washington memangkas staf diplomatiknya hingga 455 orang per 1 September. Angka tersebut sama dengan jumlah perwakilan diplomatik Rusia di Washington.