Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Venezuela menghentikan serangan tentara dan warga bersenjata terhadap sebuah markas militer dekat Valencia, Minggu waktu setempat (7/7). Peristiwa terkait protes-anti Presiden Nicolas Maduro ini menewaskan dua orang dari pihak pelaku penyerangan.
Serangan menjelang fajar itu bertepatan dengan beredarnya sebuah video di media sosial yang menunjukkan puluhan orang berseragam tentara mengumumkan pemberontakan untuk mengembalikan ketertiban konstitusional di negara itu.
Hal tersebut menyusul pembentukan badan legislatif super yang digagas Maduro, akhir pekan lalu. Meski dilakukan berdasarkan pemilihan umum, langkah yang berbau kecurangan itu dikecam masyarakat internasional sebagai bentuk penegasan kekuatan oleh Sang Presiden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam acara televisi mingguannya, pemimpin sosialis itu mengecam para pelaku sebagai "tentara bayaran." Ia mengatakan peristiwa ini berawal saat sekitar 20 orang bersenjata memasuki Benteng Paramacay dekat Valencia, sekitar dua jam dari Caracas, sebelum fajar.
Mereka mengejutkan para petugas keamanan dan langsung menerobos menuju tempat penyimpanan senjata. Dua pelaku penyerangan tewas dalam baku tembak dengan tentara, kata Maduro.
Sementara itu, para pejabat Partai Sosialis menyebut delapan orang pelaku lain telah ditangkap, termasuk setidaknya tiga orang anggota militer. Sisanya melarikan diri dengan membawa persenjataan.
"Mereka yang melarikan diri terus kami kejar dan akan segera ditangkap," kata Maduro sebagaimana dikutip
Reuters, Senin (8/7).
Serangan tersebut menunjukkan bagaimana situasi negara anggota OPEC itu semakin parah setelah dilanda empat bulan protes anti-pemerintah. Serangkaian bentrokan antara warga dan aparat keamanan sejauh ini diperkirakan telah menewaskan 120 orang.
Di sisi lain, oposisi menyebut Maduro hendak menjadi diktator sehingga negara membutuhkan bantuan dari militer.
Di Valencia, ratusan orang turun ke jalan untuk mendukung langkah yang pada awalnya tampak sebagai pemberontakan militer kecil-kecilan, kata Carolina Herrera, seorang warga setempat. Seperti saksi-saksi lainnya, dia juga mengatakan suara tembakan telah terdengar dari malam hari.
Namun, para demonstran kemudian dibubarkan dengan gas air mata dan daerah lain di negara berpenduduk 30 juta orang itu secara umum tampak tenang.
Pekan lalu, Venezuela memilih 545 orang anggota badan legislatif super yang disebut Maduro sebagai satu-satunya harapan untuk mengembalikan perdamaian. Oposisi menentang langkah itu dan menyebutnya sebagai cara Presiden untuk mempertahankan jabatan di tengah hantaman resesi, inflasi dan kelangkaan bahan pokok.
Dalam langkah pertamanya, Sabtu lalu, badan yang disebut dengan Dewan Konstituen itu melengserkan jaksa agung yang kerap menentang pemerintahan dan memerintahkannya untuk menjalani persidangan. Hal ini seolah membenarkan kekhawatiran oposisi yang menduga Maduro akan menggunakan institusi baru tersebut untuk menyingkirkan pengkritik.