Jakarta, CNN Indonesia -- Militer Filipina mengatakan sejumlah tanda-tanda menunjukkan militan ISIS yang selama hampir empat bulan terakhir menguasai Marawi akan segera menyerah.
Perkiraan ini muncul setelah pasukan Filipina memberi tawaran dan mendesak puluhan pejuang ISIS di kota bermayoritaskan Muslim itu untuk menyerahkan diri jika ingin selamat.
"Semoga mereka akan menyerah dalam waktu beberapa hari ke depan. Ada sejumlah pertanda, benar-benar ada pertanda," ucap juru bicara militer, Kolonel Romeo Brawner, Senin (11/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui pengeras suara, tentara di Marawi mendesak sedikitnya 60 pejuang ISIS yang tersisa di kota itu untuk melucuti senjata, menanggalkan baju hitam mereka, dan berjalan ke lokasi yang telah ditentukan militer.
Tawaran ini muncul setelah Presiden Rodrigo Duterte menerapkan strategi baru untuk memulai pembicaraan dengan militan, di mana eks Walikota Marawi Omar Solitario Ali dijadikan perantara pemerintah.
Meski begitu, Duterte menolak tawaran untuk melepaskan para militan ISIS dengan imbalan pembebasan puluhan warga sipil yang masih menjadi sandera.
Pemerintah menerapkan darurat militer di selatan Filipina, khususnya Mindanao, sejak bentrokan bentrokan dengan militan Maute yang berbaiat kepada ISIS, Mei lalu.
Sejauh ini, konflik Marawi telah memakan korban sedikitnya 147 tentara dan 45 warga sipil. Selama bentrokan berlangsung pun militer disebut membunuh sekitar 600 militan ISIS.
Sementara itu, sekitar 400 ribu warga sipil lainnya mengungsi keluar dari kota tersebut.
Brawner menggambarkan operasi perlawanan militer di Marawi selama ini sebagai "sebuah prestasi besar, mengingat musuh memiliki posisi bertahan yang sangat kuat."
Sebagian wilayah Marawi sudah berhasil diamankan militer dari teroris. Sejumlah warga di sana pun sudah mulai kembali ke tempat tinggal mereka dan beberapa pertokoan pun sudah dibuka.
Meski begitu, sejumlah wilayah lainnya yang berdekatan dengan pusat konflik masih terbilang sepi dan dijauhi warga.
"Kami menerima banyak pertanyaan, 'kenapa butuh waktu begitu lama bagi pemerintah untuk memulihkan Marawi dari teroris?'. Karena sangat sulit melakukan pertarungan di daerah perkotaan di tengah banyaknya warga sipil," tutur Brawner seperti dikutip
Reuters.
(aal)