Warga Myanmar Lempari Bantuan Rohingya dengan Bom Molotov

CNN Indonesia
Jumat, 22 Sep 2017 15:34 WIB
Ratusan nasionalis Buddha Myanmar melemparkan bom molotov ke arah petugas palang merah untuk memblokir pengiriman bantuan bagi masyarakat Rohingya.
Ilustrasi bom molotov. (Thinkstock/flas100)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ratusan nasionalis Buddha Myanmar memblokir pengiriman bantuan kemanusiaan bagi pengungsi Rohingya di negara bagian Rakhine dengan melemparkan bom molotov ke arah kapal petugas Palang Merah (ICRC).

Kantor informasi pemerintah Myanmar melaporkan ratusan pemrotes itu mencoba menghentikan kapal berisi 50 ton bantuan di sebuah dermaga di Sittwe, ibu kota Rakhine.

"Orang-orang itu berpikir bantuan ini hanya untuk orang Benggala," kata Tin Maung Swe, Sekretaris Pemerintahan Myanmar, Jumat (22/9). Ia menggunakan kata Benggala untuk merujuk kepada masyarakat Rohingya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah Myanmar tidak mengakui kewarganegaraan Rohingya dan menganggap mereka sebagai orang Bangladesh. Karena itu, mereka menggunakan istilah Benggala.

Sejumlah pedemo dilaporkan membawa tongkat kayu dan batang logam. Massa dikabarkan berhasil dibubarkan setelah sedikitnya 200 polisi dikerahkan dan tembakan peringatan ke udara diletuskan.

Delapan orang, tutur kantor informasi pemerintah, ditangkap dalam kericuhan tersebut. Beberapa saksi mata melihat sejumlah orang terluka dalam insiden itu.
Sementara itu, juru bicara ICRC, Maria Cecilia Goin, memastikan petugasnya tidak ada yang terluka.

Dia menekankan pengiriman bantuan oleh organisasinya selama ini dilakukan dengan cara yang netral.

"Semua bantuan darurat yang diberikan organisasi kami didistribusikan dengan cara netral dan tidak memihak," ujar Cecilia seperti dikutip Reuters.

Sejak krisis kemanusiaan di Rakhine kembali pecah pada akhir Agustus lalu, sedikitnya 1.000 orang, terutama Rohingya, diperkirakan tewas dan ratusan ribu lainnya melarikan diri keluar Myanmar.
Di saat yang sama, masih banyak warga Rohingya yang terjebak dan bersembunyi di Rakhine tanpa persediaan makanan dan tempat tinggal yang layak.

Sejumlah negara dan organisasi internasional pun berbondong-bondong mengirimkan bantuan bagi warga di Rakhine khususnya Rohingya yang paling terdampak krisis kemanusiaan.

Setelah mendapat banyak desakan, pemerintah Myanmar akhirnya mau mulai membuka akses kemanusiaan ke Rakhine.

Protes hingga insiden pemblokiran bantuan ini semakin memperjelas bahwa perpecahan komunal antara mayoritas warga Myanmar dan etnis minoritas di sana seperti Rohingya masih terjadi.
Ketegangan antara nasionalis Buddha dan etnis Rohingya sudah puluhan tahun terjadi dan tak jarang menimbulkan konflik hingga menewaskan ratusan orang.

Persekusi terhadap Rohingya juga diduga dilakukan secara sistematis oleh otoritas Myanmar yang di mulai dengan tidak memasukan suku minoritas itu sebagai etnis resmi Myanmar dalam hukum kewarganegaraan 1982.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER