PBB Perpanjang Penyelidikan Kekerasan di Myanmar

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Sabtu, 30 Sep 2017 09:19 WIB
PBB memutuskan untuk memperpanjang masa penyelidikan dugaan kekerasan di Myanmar, terutama di Rakhine, di mana militer dilaporkan terus menganiaya Rohingya.
Ilustrasi situasi di Rakhine. (AFP Photo/Ye Aung Thu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perserikatan Bangsa-Bangsa memutuskan untuk memperpanjang masa penyelidikan dugaan kekerasan di Myanmar, terutama di negara bagian Rakhine, di mana militer dilaporkan terus menganiaya kaum minoritas Muslim Rohingya.

Keputusan ini disahkan setelah dewan hak asasi manusia PBB mengadopsi resolusi yang diajukan oleh Uni Eropa. Resolusi itu menyerukan agar misi pencari fakta internasional diberikan enam bulan waktu tambahan, hingga September tahun depan.

"Kami harap pemerintah akan melihat keuntungan dari bekerja sama," ujar Duta Besar Estonia untuk PBB, Andre Pung, saat berbicara mewakili Uni Eropa.
Sebagaimana dilansir AFP, misi pencari fakta ini sebenarnya sudah dibentuk sejak Maret lalu. Namun, misi tersebut meminta waktu tambahan karena Myanmar dilaporkan sangat membatasi akses menuju Rakhine.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Duta Besar Myanmar untuk PBB, Hau Khan Sum, pun menolak resolusi ini. Ia meyakini, "adanya misi pencari fakta tidak akan membantu dan kontra-produktif dengan upaya kami untuk mencapai rekonsiliasi nasional."

Selama ini, pemerintah Myanmar di bawah pemimpin defacto Aung San Suu Kyi memang selalu membantah semua tuduhan mengenai kekerasan yang terjadi di Rakhine.

[Gambas:Video CNN]

Sementara itu, sejumlah lembaga dan organisasi pemerhati HAM selalu melaporkan tindak kekerasan militer dan warga mayoritas Myanmar terhadap kaum minoritas tersebut.

Rangkaian kekerasan terbaru dilaporkan terjadi sejak 25 Agustus lalu, ketika kelompok bersenjata Pasukan Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) menyerang sejumlah pos polisi dan satu pangkalan militer di Rakhine.

Militer pun melakukan operasi pembersihan untuk menumpas ARSA dari Rakhine. Namun ternyata, militer dilaporkan juga membantai sipil Rohingya hingga menewaskan sekitar 1.000 orang.

Akibat aksi kekerasan ini, ratusan ribu Rohingya kabur ke Bangladesh, menyebabkan krisis pengungsi di negara yang sebelumnya sudah menampung sekitar 400 ribu orang dari Rakhine tersebut. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER