Jakarta, CNN Indonesia -- Pasukan pemerintah Irak merebut kota minyak besar yang dikuasai oleh masyarakat Kurdi, Kirkuk, pada Senin (16/10). Tindakan itu dilakukan sebagai respons atas referendum kemerdekaan yang langsung mengguncang keseimbangan negara belakangan ini.
Sebuah konvoy kendaraan lapis baja dari Pasukan Kontra-Terorisme elite Irak yang dilatih Amerika Serikat merebut kantor pusat pemerintahan provinsi Kirkuk dalam waktu kurang dari sehari, kata seorang wartawan Reuters yang berada di lokasi.
Kedua pihak bertikai tidak menyebut jumlah korban yang jatuh akibat operasi itu. Namun, sebuah organisasi bantuan yang bekerja di Kirkuk menyatakan sejumlah pasukan Peshmerga Kurdi dan anggota tentara Irak tewas dalam bentrokan semalam di selatan Kirkuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara pasukan Irak bergerak, operator Kurdi menutup sejenak dua titik yang bisa memproduksi sekitar 350 ribu barel minyak per hari. Namun, operasional dimulai kembali tak lama setelah pihak Irak mengancam akan merebut kilang minyak dari manajemen Kurdi, kata sejumlah sumber.
Masih belum jelas apakah pemerintah Irak akan mencoba untuk merebut semua kilang minyak Kirkuk yang merupakan sumber pemasukan vital bagi otonomi Pemerintah Regional Turki (KRG).
Penghentian operasional secara singkat itu membuat harga minyak melambung karena hal tersebut mewakili lebih dari separuh produksi Kurdi.
Pertempuran antara Baghdad dan Kurdi bisa kembali membuka perang saudara baru di antara konflik yang sudah berlangsung selama 14 tahun. Belum lagi, negara-negara sekitar seperti Turki dan Iran bisa terlibat dalam konflik.
Presiden Donald Trump mengatakan Amerika Serikat tidak akan memihak dalam bentrokan ini. Namun, dia kecewa kedua pihak mesti terlibat dalam konflik.
"Kami mendukung kegiatan damai pemerintahan pusat dan regional, sesuai dengan konstitusi Irak, di semua area sengketa," kata Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dalam pernyataan.
Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih: "Kami tidak suka fakta bahwa mereka bentrok. Kami tidak memihak."
"Kami mempunyai hubungan baik selama beberapa tahun dengan warga Kurdi seperti yang Anda ketahui dan kami juga berada di sisi Irak, meski kita sebenarnya tidak perlu ada di sana."
Washington mempersenjatai dan melatih pasukan federal Irak maupun Peshmerga untuk memerangi militan ISIS.