Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Donald Trump hanya memerintahkan perilisan 2.800 dokumen mengenai pembunuhan John F Kennedy, sementara sebagian data lainnya tak akan diungkap karena tekanan dari FBI dan CIA.
"Masih ada sejumlah informasi sensitif dalam dokumen itu," ujar seorang sumber anonim sebagaimana dikutip
AFP, Kamis (26/10).
Sumber tersebut mengatakan, informasi sensitif itu dapat membahayakan informan atau operasi intelijen lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reuters melaporkan, Trump awalnya ingin mengungkap semua dokumen mengenai tragedi pembunuhan itu, sesuai dengan perintah Kongres pada 1992 silam.
Mandat Kongres itu menetapkan, semua dokumen penyelidikan kematian presiden AS ke-35 itu harus dibuka untuk publik paling lambat pada 26 Oktober 2017.
Setelah berdiskusi dengan Biro Investigasi Federal (FBI) dan Badan Pusat Intelijen (CIA), Trump akhirnya memutuskan untuk tidak merilis sebagian dokumen agar dapat mengurangi konflik.
"Presiden ingin memastikan transparansi penuh di sini dan berharap badan-badan itu dapat melakukan upaya lebih baik dalam mengurangi konflik terkait pembocoran ini dan mendapatkan informasi ini secepat mungkin," tutur sumber tersebut.
Hingga kini, belum diketahui dokumen mana saja yang akan dibocorkan. Namun, sejumlah akademisi berharap dokumen itu mengungkap alasan Lee Harvey Oswald menembak Kennedy dalam iring-iringan mobil pada 22 Novemver 1963 silam.
Mereka khawatir dokumen dengan total 5 juta halaman tak dapat memecahkan teori konspirasi yang menyebutkan bahwa pembunuhan Kennedy didalangi oleh Mafia, Kuba, atau komplotan rahasia dari agen nakal.
Setelah lebih dari lima dekade, penyebab tragedi itu masih menjadi rahasia besar. Meski sudah mempelajari ribuan buku, artikel, tayangan televisi, dan film, hingga kini para akademisi masih belum mendapatkan bukti kuat mengenai alasan Oswal menembak Kennedy.
"Murid saya sangat skeptis dengan anggapan bahwa Oswald adalah pembunuh tunggal. Sangat sulit bagi kami menerima itu, bahwa seseorang yang penyendiri, pecundang, dengan pikiran sendiri dapat membunuh Kennedy dan mengubah arah sejarah dunia. Namun, sejumlah bukti menunjukkan demikian," ucap profesor sejarah dari Boston College.