Jakarta, CNN Indonesia -- Penyelenggara telekomunikasi Afghanistan menulis pernyataan kepada penyedia layanan internet yang isinya memerintahkan untuk memblokir layanan pesan WhatsApp dan Telegram. Namun hingga kini belum jelas apakah perintah tersebut telah dituruti.
Pengguna media sosial dan layanan pesan instan terus bertambah dalam beberapa tahun terakhir di Afghanistan. Namun ada pihak yang khawatir kelompok ekstremis seperti Taliban memanfaatkan kondisi itu. Kabarnya, menurut sumber yang tidak teridentifikasi, permintaan memblokir Whatsapp dan Telegram datang dari Direktorat Keamanan Nasional.
Mereka disebut-sebut ingin menggagalkan adanya pesan terenkripsi dari Taliban atau kelompok ekstremis lain. Namun, permintaan itu membuat marah pengguna media sosial dan kelompok hal sipil. Apalagi surat penyedia jasa telekomunikasi tersebar di media sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilaporkan kantor berita Reuters, surat itu berasal dari regulator telekomunikasi ATRA, tertanggal 1 November, dan ditandatangani oleh pihak berwenang. Isinya memerintahkan untuk perusahaan internet untuk segera memblokir Telegram, Facebook dan WhatsApp sampai 20 hari ke depan.
Pelaksana tugas Menteri Telekomunikasi, Shahzad Aryobee dalam unggahannya di Facebook miliknya mengatakan, regulator telekomunikasi telah diperintahkan untuk menghentikan layanan secara bertahap untuk memperbaiki fungsi setelah ada keluhan yang disampaikan.
"Pemerintah berkomitmen untuk kebebasan berbicara dan tahu bahwa ini adalah hak dasar bagi rakyat kita," tulisnya.
Sampai saat ini layanan masih bekerja normal, baik di operator milik pemerintah Salaam dan penyedia layanan swasta.
Pada Jumat (3/11), ada laporan tentang adanya interupsi. Namun tidak jelas apakah ini disebabkan oleh penghentian yang disengaja atau memang masalah yang menyerang seluruh pengguna WhatsApp di seluruh dunia. Jumat kemarin, WhatsApp memang sempat
down, termasuk di Indonesia.
Layanan telepon seluler telah menjadi salah satu kisah sukses besar di Afghanistan sejak Taliban digulingkan dari kekuasaan oleh sebuah kampanye yang dipimpin Amerika Serikat pada tahun 2001. Namun ada juga keluhan dari pengguna tentang kualitas dan jangkauan.
WhatsApp dan layanan serupa, termasuk Facebook Messenger dan Viber, banyak digunakan oleh politisi Afghanistan dan anggota pemerintah, bahkan Taliban, yang memiliki operasi media sosial yang canggih sendiri.
(rsa)