Anggap Macron Arogan, 100 Anggota Partai Ancam Mundur

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 15 Nov 2017 13:13 WIB
Sekitar 100 anggota partai pimpinan Emmanuel Macron mengancam akan mundur karena menganggap Presiden Perancis itu kini kian arogan dan tak demokratis.
Sekitar 100 anggota partai pimpinan Emmanuel Macron mengancam akan mundur karena menganggap Presiden Perancis itu kini kian arogan dan tak demokratis. (Reuters/Francois Mori/Pool)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Perancis Emmanuel Macron mendapat perlawanan dari dalam partainya sendiri. Sekitar 100 anggota partainya,  La Republique En Marche! (LREM) mengancam akan mengundurkan diri karena menganggap Presiden Perancis itu kini kian arogan dan tak demokratis.

Ancaman ini disampaikan oleh sekelompok anggota partai yang menamai diri mereka "100 Demokrat" melalui satu manifesto.

Dalam manifesto itu, 100 Demokrat mengaku sudah kehilangan kepercayaan terhadap Macron yang sebelumnya berjanji menempatkan mereka "di jantung kehidupan politik, bukan dekorasi latar belakang."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Janji tersebut menjadi pegangan para pendukung Macron yang mengantar politikus muda itu ke kursi presiden Perancis dalam pemilu pada awal tahun ini.

Kelompok yang beranggotakan orang dari berbagai latar belakang itu pun mengatakan bahwa kini LREM sudah "menodai prinsip fundamental demokrasi dengan gaya organisasi Rezim Lama."
Menurut mereka, gaya kepemimpinan dari atas ke bawah membuat partai pergerakan itu kehilangan kekuatan awalnya untuk menyatukan kemampuan dan kepandaian para anggotanya secara kolektif.

Mereka juga menganggap LREM gagal menciptakan badan regulator internal yang dapat memastikan "kebebasan berpendapat dan mekanisme kritik di dalam partai."

Kritik ini semakin mengemuka setelah LREM menyatakan niat untuk menobatkan juru bicara pemerintahan Perancis, Christophe Castaner, menjadi pemimpin utama partai dalam kongres di Lyon, tanpa berkonsultasi dengan anggota lainnya.

Tak seperti partai lainnya di Perancis, 380 ribu anggota LREM tak memiliki hak untuk memilih langsung pemimpin mereka. Hanya 200 anggota eksekutif yang dapat mewakili simpatisan lainnya untuk memilih pemimpin.

"Kecurangan dan sikap arogan yang kami terima, ancaman dan kemungkinan intimidasi merupakan contoh praktik yang menunjukkan bahwa LREM kehilangan arah," tulis 100 Demokrat.
Meski 100 orang ini hanya sebagian kecil dari LREM, sejumlah pengamat mengatakan bahwa ancaman mundur tersebut cukup dapat menggambarkan kondisi internal partai bentukan Macron tersebut.

Seorang pengamat sekaligus jurnalis di BFM TV, Jeremy Brossard, mengatakan bahwa segala masalah ini menunjukkan LREM masih sangat prematur.

"Sebagai partai yang baru terbentuk selama beberapa bulan, mereka langsung menjadi partai berkuasa sehingga risikonya sangat tinggi bagi seorang presiden karena dia harus selalu mengandalkan aktivis untuk menerjemahkan pernyataan dan mendukung tindakannya," tuturnya.

Meski demikian, seorang anggota yang mewakili LREM dalam parlemen, Florian Bachelier, mengaku tidak takut atas ancaman 100 orang ini karena ada 166 ribu anggota baru selama enam bulan belakangan.

"Ada yang masuk, ada yang keluar. Layaknya bernafas, seperti itu pula demokrasi," kata Bachelier, sebagaimana dikutip The Telegraph. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER