Duterte Kembali Tugaskan Polisi Filipina Berantas Narkotika

Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 23 Nov 2017 17:30 WIB
Duterte akan mencabut penangguhan tugas polisi dari operasi perang narkotik kontroversial yang telah banyak memakan korban di Filiipina.
Presiden Rodrigo Duterte akan kembali menugaskan Kepolisian dalam operasi perang narkotik. (Reuters/Romeo Ranoco)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte akan mencabut penangguhan tugas kepolisian dan kembali menerjunkan mereka dalam operasi perang narkotik, memicu kewaspadaan para pegiat hak asasi manusia (HAM) yang menuding polisi kerap melakukan pembunuhan dengan dalih penggerebekan.

Di tengah kekhawatiran internasional atas lonjakan korban jiwa dan sejumlah pembunuhan terhadap anak-anak muda, Duterte pada bulan lalu untuk kedua kalinya menangguhkan tugas polisi dalam operasi narkotik ini dan mengerahkan badan narkotik Filipina yang sebenarnya kekurangan orang, PDEA, sebagai gantinya.

Juru bicara kepresidenan, Harry Roque, menegaskan kekhwatiran Duterte yang diutarakan pada pekan lalu bahwa masalah narkotik bisa semakin parah dan keuntungan yang selama ini telah dicapai bisa hilang sementara Kepolisian Nasional Filipina (PNP) ditepikan dari operasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Keputusan akan segera diambil," kata Roque sebagaimana dikutip Reuters pada Kamis (23/11).

"Itu keputusan presiden. Jika dia berpikir (perang narkotik) mesti dikembalikan (kepada PNP) maka itu harus dilakukan, PDEA sudah diberikan cukup banyak waktu."

"Secara efektif beliau telah merealisasikan keputusan untuk mengembalikan operasi ini ke PNP."
Hampir 4.000 warga kurang sejahtera dari daerah urban Filipina telah tewas dalam tindakan yang diklaim polisi sebagai operasi anti-narkotik. Kelompok pemerhati hak asasi manusia dan musuh politik Duterte menyebut eksekusi pengguna narkotik dan bandar kecil telah menyebar luas, tapi polisi berkeras korban jiwa itu merupakan bandar yang menolak untuk ditahan.

Polisi telah menampik kritik dan mengklaim 117 ribu penangkapan yang telah dilakukan sebagai bukti bahwa mereka mempunyai kebijakan untuk menyelamatkan nyawa. Mereka juga menampik dikaitkan dengan setidaknya 2.000 kematian misterius di jalanan.

[Gambas:Video CNN]

Roque mengatakan Duterte mengetahui polisi mempunyai kecacatan dan tidak akan mentolerir penyalahgunaan wewenang, tapi dia tetap memercayai mereka.

Dia sempat menangguhkan tugas kepolisian pada Januari dan menugaskan mereka kembali lima pekan setelahnya, dengan alasan narkotik kembali menyebar di jalanan.
Masih belum jelas mengapa dia menepikan kembali polisi pada 11 Oktober lalu. Arahan yang dia sampaikan adalah untuk "menertibkan" operasi. Namun, melalui pidato yang disertai kemarahan dan kadang tak beraturan, dia menyiratkan langkah ini dilakukan untuk menyenangkan masyarakat internasional.

Duterte pada pekan lalu menghadapi pertemuan internasional terbesarnya sejauh ini, tapi tidak ada tantangan berarti dari para pemimpin dunia terkait perang narkotik ini, termasuk dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Walau demikian, Duterte sempat marah setelahnya, menyebut kekhawatiran Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau sebagai hinaan.

Phelim Kine, wakil direktur Human Rights Watch di Asia, mengatakan orang-orang mesti "bersiap menghadapi lebih banyak pertumpahan darah" dan kembali meminta investigasi yang dipimpin oleh PBB.
"Hingga hal itu terjadi, jumlah korban yang tidak mendapatkan keadilan dan pertanggungjawaban kemungkinan besar hanya akan bertambah," ujarnya dalam unggahan di internet.

(aal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER