Jakarta, CNN Indonesia -- Panggilan telepon antara pemimpin Amerika Serikat dan Turki menjadi titik balik dalam hubungan kedua negara yang sempat merenggang. Namun, Ankara menegaskan Washington mesti memegang janji untuk mengakhiri pasokan senjata ke pasukan Kurdi di Suriah.
"Pernyataan 'kami tidak akan memberikan senjata' dari Presiden AS untuk pertama kalinya adalah pernyataan yang penting, tapi pernyataan itu akan kehilangan nilai jika tidak diimplementasikan. Pernyataan itu membohongi dunia," kata Wakil Perdana Menteri Bekir Bozdag dikutip Reuters, Senin (27/11).
Gedung Putih menyatakan bahwa Presiden AS Donald Trump menginformasikan kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahwa Washington sudah menyesuaikan dukungan untuk para rekanan yang ada di Suriah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
YPG Kurdi Suriah menjadi ujung tombak Pasukan Demokratik Suriah, aliansi militan Kurdi dan Arab yang memerangi kelompok teror ISIS dengan bantuan koalisi pimpinan AS.
Juru bicara koalisi pada Minggu menyatakan pihaknya tengah menggodok "penyesuaian" sokongan yang diberikan untuk SDF, mulai dari jumlah penasihat hingga pelatihan dan senjata artileri.
Senjata yang disediakan untuk YPG Suriah selama ini terbatas dan diberikan berdasarkan misi spesifik, kata juru bicara tersebut.
Ankara marah karena Washington mendukung militan YPG. Organisasi itu dipandang Turki sebagai kepanjangan tangan Partai Pekerja Kurdistan yang telah memberontak selama beberapa dekade di dalam negeri dan dicap sebagai teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.
(aal)