Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyebut kesepakatan dengan Jepang terkait isu jugun ianfu atau 'perempuan penghibur' Korsel sangat cacat. Dia mendorong langkah tindak lanjut untuk menyelesaikan isu yang memicu perdebatan itu.
Korea Selatan menyatakan kesepakatan yang dicapai pada 2015 lalu dengan Jepang itu gagal memenuhi kebutuhan para korban. Para korban yang dimaksud adalah perempuan yang dipaksa bekerja di rumah bordil Jepang semasa perang.
"Kesepakatan itu tidak bisa menyelesaikan masalah perempuan penghibur," kata Moon dikutip
Reuters pada Kamis (28/12). Menurutnya, kesepakatan itu merupakan "perjanjian politik yang mengesampingkan korban dan publik" dan melanggar prinsip utama masyarakat internasional soal penyelesaian masalah historis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawah kesepakatan yang didorong oleh pendahulu Moon dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe itu, Jepang meminta maaf kepada korban dan menyediakan dana 1 milyar yen atau Rp126 milyar untuk membantu mereka.
Kedua pemerintahan sepakat isu itu akan "sepenuhnya diselesaikan" jika kedua pihak memenuhi kewajiban masing-masing.
Jepang menyatakan upaya apapun untuk merevisi kesepakatan 2015 itu akan membuat hubungan kedua pihak "tidak bisa diatur." Menteri Luar Negeri Tato Kono mengatakan kesepakatan itu sudah dicapai berdasarkan "negosiasi yang sah."
Di tengah isu yang memecah belah ini, Moon bersumpah untuk menormalisasi hubungan diplomatik dengan Jepang dan berupaya mencapai "kerja sama berorientasi masa depan" dengan negara-negara tetangga.
(aal)