Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat Timur Tengah Husein Ja'far Al-Hadar menegaskan konflik yang terjadi di Palestina merupakan konflik politik dan bukan konflik agama maupun konflik ras.
"Yang penting kita tegaskan yang terjadi di sana (Palestina) bukan konflik agama, tapi konflik politik dan bukan konflik ras," kata Husein yang juga Direktur Cultural Islamic Academy itu dalam acara Refleksi Akhir Tahun Tragedi Kemanusiaan di Palestina dan Yaman di kawasan Kalibata, Sabtu (30/12).
Menurut Husein, yang terjadi di Palestina justru politisasi identitas dan sejarah agama yang dilakukan oleh Israel dengan tujuan untuk menguasai Palestina.
Apalagi, kata Husein, Israel juga menggunakan rujukan kitab suci yang menyatakan tanah Palestina adalah tanah milik Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rujukan kitab suci itulah yang kemudian dipolitisasi oleh Israel untuk menerapkan politik okupasi untuk menguasai tanah Palestina.
"Tidak ada dasar kitab suci yang bisa dijadikan dasar hukum internasional," ujar Husein.
Tak hanya itu, Husein juga menuturkan jika Israel membangun narasi atau opini dengan pendekatan pengetahuan. Banyak sejarawan Israel yang menyatakan tanah Palestina adalah tanah Israel.
"Misalnya Benzion, membangun narasi seolah-olah tanah itu milik Israel, padahal itu mitos yang dibungkus seolah-olah fakta," tuturnya.
Husein menilai narasi sejarah yang dibangun oleh Israel tersebut membuat masalah atau konflik di Palestina tidak pernah selesai sampai saat ini.
Pasalnya, negara lain maupun masyarakat dunia tidak mengetahui secara pasti masalah yang terjadi di Palestina.
"Tidak tahu masalah sehingga tidak tahu solusi yang tepat," ucapnya.
Husein berpendapat setidaknya ada tiga solidaritas yang bisa dilakukan untuk Palestina, yakni solidaritas informasi, solidaritas ekonomi, dan solidaritas politik.
Solidaritas informasi terkait dengan bagaimana memberikan informasi yang benar dan tepat terkait dengan masalah dan kondisi yang sebenarnya terjadi di Palestina.
Solidaritas ekonomi, kata dia, salah satunya bisa dilakukan dengan pemboikotan. Hal tersebut, lanjutnya bisa berkaca bagaimana kolonialisme Inggris di India bisa runtuh karena pemboikotan yang dideklarasikan oleh Mahatma Gandhi.
Apalagi, saat ini Amerika Serikat juga melakukan pendekatan ekonomi terhadap negara-negara pendukung Palestina, dengan memboikot bantuan ekonomi.
Terakhir, solidaritas politik dengan cara menaikkan daya tawar Palestina di PBB. Sebab, sampai saat ini daya tawar Palestina di PBB sangat lemah berbeda dengan Israel yang memiliki daya tawar kuat.
"Bagaimana Palestina bisa berunding dengan Israel dengan baik dengan fair padahal daya tawar yang berbeda," kata Husein.
Husein menuturkan usulan Indonesia untuk menaikkan daya tawar Palestina di PBB adalah usulan tepat.
Apalagi, Indonesia juga peluang yang besar untuk berkontribusi dalam kemerdekaan Palestina karena tidak terikat dengan konflik perbatasan, konflik kepentingan, serta konflik ideologi.
(ugo)