Jakarta, CNN Indonesia -- Iran dengan geram menuduh Amerika Serikat campur tangan dalam urusan domestik negara itu setelah Presiden Donald Trump mengungkapkan dukungannya terhadap aksi protes anti-pemerintah yang tengah berlangsung di negara Timur Tengah itu sejak pekan lalu.
“Pemerintah AS telah melangkahi haknya karena mengintervensi urusan internal Iran secara aneh dengan dalih memberikan dukungan untuk demonstrasi sporadis, yang dalam beberapa kasus telah dibajak oleh penyusup,” ucap Duta besar Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Gholamali Khoshroo, melalui sebuah surat yang ditujukan kepada Dewan Keamanan dan Sekretaris Jenderal PBB, Kamis (4/1).
Pernyataan itu diungkapkan Khoshroo sebagai respons atas kicauan Trump di Twitternya yang mengatakan bahwa dirinya mendukung demonstrasi besar-besaran di Iran yang telah menewaskan puluhan orang sejak Kamis (28/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump bahkan menyerukan perubahan dalam sistem pemerintahan Iran yang dinilainya sarat tindakan represif dan korupsi. Dia bahkan berjanji membantu warga Iran “mengambil alih” pemerintahan mereka.
Gedung Putih juga mengancam akan memberi sanksi baru bagi setiap individu yang terlibat tindakan represif terhadap para demonstran.
Menurut Khoshroo tindakan Trump itu melanggar hukum internasional dan prinsip piagam PBB. Dia mendesak negara-negara lain mengutuk pernyataan AS tersebut.
“Presiden AS dan wakilnya, melalui kicauan Twitter aneh mereka yang luar biasa telah menghasut warga Iran untuk melakukan tindakan yang menganggu. Kementerian Luar Negeri AS sejauh ini juga mengakui bahwa AS ingin mendorong pemrotes di Iran untuk mengubah pemerintahan mereka—mengakui bahwa AS terlibat dalam campur tangan urusan Iran melalui Twitter dan Facebook,” katanya seperti dikutip AFP.
[Gambas:Video CNN]Iran kembali dihadapkan pada aksi demonstrasi besar-besaran setelah ribuan massa di beberapa kota seperti Teheran, Kermanshah, Sari, dan Rasht turun ke jalan memprotes kenaikan harga serta dugaan korupsi yang meluas di Iran.
Sebagian pedemo juga mengungkapkan kekhawatiran terkait keterlibatan Iran dalam konflik di Timur Tengah, seperti di Suriah dan Irak. Para pengunjuk rasa menuntut Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei yang telah menjabat sejak 1989 untuk lengser.
Setidaknya 23 orang, termasuk seorang polisi, tewas dalam protes yang telah memasuki hari kelima ini. Pejabat berwenang mengatakan hingga kini ada 450 demonstran yang telah ditahan, termasuk 200 orang yang di tahan di Ibu Kota Teheran.
Duta besar AS untuk PBB, Nikki Haley pun mengatakan delegasinya tengah berencana mengajukan pertemuan darurat DK PBB untuk mendiskusikan situasi di Iran.
Namun, sejumlah diplomat lainnya dalam badan tersebut mengatakan tidak ada jadwal pertemuan mengenai isu tersebut.
Sejumlah negara dan komunitas internasional telah mengungkapkan keprihatinannya terhadap demonstrasi yang telah memakan korban tersebut.
Sekjen PBB Antonio Guterres menyayangkan aksi demo yang telah memakan korban jiwa tersebut dengan menyatakan “kekerasan harus dihindari”.
Kepala badan HAM PBB, Zeid Ra'ad Al Hussein, juga mendesak otoritas Iran menghindari kekerasan dalam meredakan aksi protes tersebut.
(nat)