Jakarta, CNN Indonesia -- Israel menyatakan telah menggerebek sel kelompok bersenjata warga Palestina yang diduga direkrut dan dipekerjakan oleh intelijen Iran di Afrika Selatan. Sementara itu, pengacara para tersangka menampik tudingan tersebut.
Israel telah lama berselisih dengan Iran yang mendukung gerilyawan di Jalur Gaza dan Libanon. Program nuklir negara tersebut juga diyakini berkali-kali diincar untuk disabotase oleh negara Yahudi itu.
Badan Keamanan Israel Shin Bet mengatakan tiga warga Palestina dari wilayah pendudukan di Tepi Barat didakwa pasal spionase dan terorisme setelah mengaku menerima sejumlah misi dari pihak Iran, termasuk menyiapkan serangan bom bunuh diri dan menyediakan kartu SIM Israel untuk para pelaku.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Shin Bet menyatakan benang merah para tersangka ada pada seorang warga Palestina yang tinggal di Afrika Selatan dan direkrut oleh intelijen Iran. Tidak dijelaskan apakah pemerintah Afsel mengetahui aktivitas Iran atau keberadaan ekspatriat asal Iran tersebut.
Afrika Selatan, negara yang mempunyai sentimen dukungan kuat pada Palestina, telah merenggangkan hubungan dengan Israel. Namun, pernyataan Shin Bet kali ini menunjukkan bahwa negara tersebut juga secara efektif menjadi pusat mata-mata Iran.
"Jelas, dalam investigasi Shin Bet, bahwa intelijen Iran menggunakan Afrika Selatan sebagai arena yang signifikan untuk mencari, merekrut dan mempekerjakan agen anti-Israel di Tepi Barat," kata Shin Bet. Badan itu juga menyatakan sejumlah pejabat Iran pergi dari Teheran untuk menjalankan operasi tersebut.
Kementerian dalam dan luar negeri Afrika Selatan, Kedutaan Besar Iran di Pretoria, sama-sama belum menanggapi tudingan yang dilontarkan Israel.
 Israel menyebut Iran mendukung Hamas. (REUTERS/Suhaib Salem) |
Ketiga warga Palestina ditangkap pada November lalu dan tanggal persidangan masih belum ditetapkan, kata pengacara mereka, Munther Abu Ahmed.
"Ketiga laki-laki muda menampik tudingan itu," kata Abu Ahmed kepada
Reuters. Kedua di antara para tersangka berhubungan dengan seorang saudara di Afsel "soal masalah bisnis dan perdagangan" dan pertemuan terakhir mereka dilakukan pada 2016 lalu.
"Sekarang sudah tahun 2018 dan tidak ada di antara ketiga orang itu yang melakukan kesalahan, dan itu membantah tuduhan yang ditujukan kepada mereka," kata Abu Ahmed.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada wartawan bahwa kasus itu menunjukkan "Iran beroperasi secara subversif dan seperti teroris ... tidak hanya dalam membantu kelompok teror seperti Hamas dan Hizbulah dan al-Jihad al-Islami, tapi juga dalam upaya mengorganisir aktivitas teror di Israel."
Seorang veteran Shin Bet yang diwawancarai Israel Radio soal kasus ini menyiratkan bahwa hubungan di Afrika Selatan itu mungkin tidak pernah terjadi sebelumnya.
"Tampaknya Iran menemukan lahan subur di Afrika Selatan," kata Adi Carmi. "Saya tidak ingat Afrika Selatan pernah digunakan Iran sebagai tempat merekrut teroris untuk melaksanakan serangan."
(aal)