Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-bangsa menyatakan pasukan pemerintah Suriah dan sekutunya telah membunuh sedikitnya 85 warga sipil di wilayah pemberontak yang terkepung di Ghouta Timur sejak 31 Desember.
Kondisi di kawasan yang terkepung, wilayah terakhir yang dikuasai pemberontak dekat Damaskus, sangat memprihatinkan. Sedikitnya 390 ribu warga sipil terkepung perang selama empat tahun terakhir, sebuah bencana kemanusiaan, kata Kepala HAM PBB Zeid Ra'ad al-Hussein.
"Wilayah perumahan dihantam siang dan malam dari udara dan darat, hingga warga sipil bersembunyi di bawah tanah," kata Zeid dalam sebuah pernyataan seperti dilansir
Reuters, Rabu (10/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zeid menyatakan pihak-pihak yang bertikai wajib membedakan antara warga sipil dengan target militer. Berbagai laporan dari Ghouta Timur mengatakan para penyerang mengabaikan prinsip-prinsip tersebut. Dia mengkhawatirkan kejahatan perang telah terjadi.
[Gambas:Video CNN]Menurut Zeid, di antara warga sipil yang menjadi korban, terdapat 21 wanita dan 30 anak-anak.
Pasukan pemerintah Suriah meningkatkan operasi militer di Ghouta Timur dalam beberapa bulan terakhir. Rusia membantah tuduhan bahwa pesawat jetnya membidik warga sipil.
Zeid menyatakan kegagalan untuk mengevakuasi kasus-kasus medis dari wilayah itu juga merupakan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional.
Kelompok pemberontak yang bersembunyi di Ghouta Timur menembakkan roket ke wilayah pemukiman di Damaskus, yang menyebabkan warga ketakutan.
Sebuah roket menghantam wilayah dekat sebuah toko roti di Kota Tua Damaskkus 4 Januari lalu. Seorang wanita tewas dan 13 warga sipil luka-luka, kata Zeid.
[Gambas:Video CNN] (nat)