Polisi Kanada Pastikan Tak Ada Serangan Pada Anak Berhijab

Natalia Santi | CNN Indonesia
Selasa, 16 Jan 2018 11:09 WIB
Polisi Kanada memastikan bahwa dugaan serangan terhadap anak perempuan berusia 11 tahun saat berangkat sekolah karena mengenakan hijab tidak terjadi.
Polisi Kanada memastikan bahwa dugaan serangan terhadap anak perempuan berusia 11 tahun saat berangkat sekolah karena mengenakan hijab tidak terjadi. (REUTERS/Chris Helgren)
Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi Kanada memastikan bahwa dugaan serangan terhadap anak perempuan berusia 11 tahun saat berangkat sekolah karena mengenakan hijab tidak terjadi.

Kepolisian Toronto menyelidiki insiden kejahatan kebencian (hate crime) setelah menerima laporan dari anak perempuan tersebut. Si anak melaporkan bahwa seorang pria yang  membawa sebilah gunting mengancam akan memotong hijabnya saat dia akan berangkat sekolah, Jumat (12/1) pagi.

Pada Senin (15/1), polisi memastikan tak ada tindak kejahatan yang terjadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami mengumpulkan banyak bukti, kami mempertimbangkan bukti dan menyimpulkan bahwa yang digambarkan tidak terjadi," kata juru bicara Kepolisian Toronto, Mark Pugash seperti dlaporkan Reuters. Dia menambahkan penyelidikan telah berakhir.

Keluarga anak perempuan tersebut belum dapat dimintai keterangan.

Staf sekolah anak perempuan itu menelepon polisi pada Jumat. Mereka khawatir akan ada kasus lainnya. Juru bicara Sekolah Distrik Toronto, Ryan Bird lewat email mengaku bersyukur insiden itu tidak terjadi. "Kami sangat bersyukur serangan itu tidak terjadi," kata Bird.

Pernyataan polisi tersebut diungkapkan tekanan terhadap pemerintah Kanada untuk memerangi sentimen anti-muslim, setahun setelah penembakan fatal di sebuah mesjid.

Para peneliti mencatat peningkatan aktivitas ektremis sayap kanan jauh di Kanada, sebagian besar membidik warga muslim.

Survei Komisi Hak Asasi Manusia Ontario, tahun lalu menemukan sentimen sangat negatif pada muslim meningkat dibandingkan pada kelompok lain.

"Kami semua sangat khawatir akan dampak semua ini," kata pegiat HAM Kanada, Amira Elghawaby.

Dia menambahkankan klaim palsu anak itu bisa membuat orang enggan melapor jika menjadi sasaran kejahatan kebencian. Atau bisa juga mengurangi kepercayaan saat mereka melaporkan kejadian tersebut.

"Kekhawatiran terbesar dari hal ini adalah mereka yang telah membenci muslim akan menggunakannya sebagai momen 'Aha!'" kata Elghawaby menambahkan.

Pada 29 Januari lalu, enam jemaah tewas dalam penembakan di sebuah mesjid di Kota Quebec. Pelaku adalah seorang mahasiswa keturunan Prancis-Kanada. Dia dikenakan dakwaan pembunuhan dalam kasus yang disebut Perdana Menteri Justin Trudeau sebagai "serangan teroris".

Dewan Muslim Nasional Kanada meminta pemerintah untuk mendeklarasikan hari penembakan di mesjid itu sebagai hari peringatan Islamofobia. Perdana Menteri Quebec Philippe Couillard telah menolak permintaan itu. Adapun Trudeau belum menyatakan apa pun.

(nat)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER