Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Bangladesh dan Myanmar sepakat merampungkan proses pemulangan pengungsi
Rohingya ke negara bagian Rakhine dalam dua tahun sejak repatriasi dimulai.
Hal itu diungkapkan Kementerian Luar Negeri Bangladesh melalui sebuah pernyataan tak lama setelah kedua belah pihak bertemu untuk kedua kalinya sejak perjanjian repatriasi disepakati November lalu.
Pernyataan Bangladesh itu tak menyebutkan waktu proses pemulangan ratusan ribu pengungsi Rohingya itu akan dimulai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Kementerian Tenaga Kerja, Imigrasi, dan Kependudukan Myanmar pada awal bulan ini menyatakan pemerintahnya siap memproses sekitar 150 pengungsi per hari melalui dua kamp di perbatasan mulai 23 Januari mendatang.
Kamp itu dipersiapkan oleh Myanmar untuk menampung para Rohingya yang ingin kembali, tapi belum memperbaiki rumahnya di Rakhine yang sudah hancur.
Melalui pernyataan ini, Bangladesh juga memastikan tengah mempersiapkan lima kamp transit yang akan digunakan untuk menampung para pengungsi Rohingya sebelum dikirimkan ke dua pusat penerimaan pengungsi di perbatasan Myanmar.
"Myanmar telah menegaskan komitmennya kepada kami untuk menghentikan gelombang masuk penduduk Myanmar ke Bangladesh," bunyi pernyataan itu sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (16/1).
Sementara itu, Myanmar belum memberikan pernyataan resmi mengenai pertemuan ini dan perkembangan rencana repatriasi tersebut.
Juru bicara pemerintah Myanmar, Zaw Htay, juga tak dapat dimintai tanggapan segera terkait hal ini.
Sebelumnya, Htay berulang kali mengatakan bahwa repatriasi ini hanya berlaku bagi para pengungsi yang lolos proses verifikasi. Setelah lolos tahapan itu, para pengungsi bisa mengajukan permohonan status kewarganegaraan.
[Gambas:Video CNN]Setidaknya 600.000 Rohingya mengungsi ke Bangladesh sejak akhir Agustus lalu akibat krisis kemanusiaan yang kembali memburuk di Rakhine.
Krisis tersebut dipicu bentrokan antara kelompok bersenjata yang mengklaim ingin memperjuangkan hak Rohingya dan militer Myanmar pads 25 Agustus lalu.
Alih-alih menangkap kelompok militan, aparat keamanan diduga malah menyerang, mengusir, hingga membunuh Rohingya yang selama ini dianggap warga lokal sebagai imigran ilegal asal Bangladesh.
(has)