Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana pertemuan antara Presiden AS
Donald Trump dan pemimpin Korea Utara
Kim Jong Un memberi harapan kepada seorang lelaki asal California. Pada Minggu (11/3) dia mengutarakan harapannya dapat bertemu sang ayah yang sudah hampir setahun ditahan oleh negara tertutup tersebut.
Pekan lalu, Trump menerima undangan Kim Jong Un untuk bertemu pada bulan Mei. Rencana itu menjadi sebuah terobosan setelah perang kata-kata antara keduanya selama berbulan-bulan yang menyebabkan memanasnya ketegangan di Semenanjung Korea terkait nuklir dan rudal Pyongyang.
Meski tidak ada tanda-tanda pertemuan tersebut bakal mengarah ke pembebasan tiga warga AS yang masih ditahan Korut. Kabar pertemuan itu disambut baik oleh Sol Ki, putra Tony Kim atau Kim Sang Duk, salah seorang warga AS yang ditahan Korut. Dua lainnya adalah Kim Hak Song, dan Kim Dong Chul.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sangat berharap, sulit untuk mengatakan perasaan lain," kata Sol Kim, 27 tahun, seorang pelajar di California lewat wawancara telepon seperti dilaporkan
Reuters, Senin (12/3).
"Sebagai keluarga, berita apapun, update dan kemajuan apapun adalah kemajuan yang baik dan sangat diharapkan".
Sol Kim mengatakan bahwa pejabat AS sebelumnya sudah menjamin pembicaraan terkait sang ayah akan diangkat pada saat yang tepat. Selama ini, pejabat AS rutin berkomunikasi dengan keluarga Kim, namun mereka belum dihubungi lagi sejak rencana pertemuan ini diumumkan.
Meski begitu, sebagai anggota keluarga dirinya amat berharap masalah ini menjadi salah satu prioritas utama.
Dalam dua dekade terakhir, Korea Utara telah menahan lebih dari selusin warga Amerika, biasa digunakan sebagai alat tawar-menawar dalam urusannya dengan Washington.
Dinamika berubah setelah mahasiswa AS Otto Warmbier (22) meninggal dunia musim panas lalu tidak lama setelah dibebaskan dari tahanan 17 bulan.
Kejadian ini membawa sanksi baru dari AS untuk Korea Utara, dan seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa sanksi tersebut berguna "untuk mengingatkan kembali dunia akan kekejaman yang terjadi di Korea Utara."
Tony Kim, 59 tahun, bekerja di Universitas Sains dan Teknologi Pyongyang (PUST) yang didanai asing dan berafiliasi dengan Kristen. Dia ditahan di Bandara Internasional Pyongyang pada bulan April 2017 saat mencoba meninggalkan negara tersebut. Media pemerintah Korea Utara melaporkan bahwa Tony Kim ditangkap karena melakukan "tindakan menentang" terhadap pemerintah.
Kim Hak Song, diduga berumur 55, adalah guru serta pengelola peternakan percobaan PUST. Dia ditahan Mei 2017 saat menaiki kereta api dari Pyongyang ke kota perbatasan China Dandong.
 Foto: REUTERS/Kyodo Otto Warmbier, mahasiswa AS yang ditangkap Korut dan akhirnya meninggal dunia. |
Sebuah pesan berkaitan dengan Kim Hak Song pada tahun 2015 di situs gereja Korea-Brasil Sao Paulo mengatakan bahwa dia adalah seorang misionaris Kristen yang berusaha membantu penduduk Korea Utara menjadi mandiri.
Kim Dong Chul, adalah seorang misionaris Korea-Amerika yang sebelumnya tinggal di Fairfax, Virginia dan diperkirakan berusia 62 tahun. Dia dihukum Maret 2016 dengan 10 tahun kerja keras untuk subversi. Dilansir dari kantor berita KCNA, Kim mengatakan dirinya mendirikan bisnis dalam zona ekonomi khusus Korea Utara di Rason pada 2008.
Keputusan mendadak Trump untuk bertemu Kim Jong Un mengagetkan bahkan anggota pemerintahannya sendiri. Pada Minggu (11/3), pejabat AS membela keputusan ini dan mengatakan AS berharap Korea Utara menghentikan semua pengujian rudal dan nuklir mereka sebelum adanya pertemuan apapun.
(nat)