WAWANCARA EKSKLUSIF

Temui Kim Jong-un, Korsel Fokus pada Denuklirisasi Korut

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Senin, 19 Mar 2018 14:30 WIB
Isu denuklirisasi menjadi fokus pertemuan Presiden Moon Jae-in dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Panmunjom, April mendatang.
Isu denuklirisasi menjadi fokus pertemuan Presiden Moon Jae-in dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Panmunjom, April mendatang. (REUTERS/Kim Hong-Ji)
Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Selatan menjadikan isu denuklirisasi sebagai fokus pertemuan Presiden Moon Jae-in dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Desa Panmunjom, wilayah demilitarisasi (DMZ), perbatasan kedua negara, April mendatang.

Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom mengatakan pemerintahnya terus berupaya untuk menghentikan dan melucuti senjata nuklir Korut. Senjata pemusnah massal yang dimiliki Pyongyang itu memang telah menjadi salah satu penghalang kedua negara berdamai selama ini.

Kim Chang-beom menyatakan Korsel ingin melihat keseriusan Korut dalam menghentikan provokasinya termasuk uji coba nuklir dan peluru kendali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada beberapa hal yang harus didiskusikan dalam pertemuan puncak nanti, tapi tentunya komunitas internasional, termasuk Korsel, telah secara tegas mendesak pelucutan senjata nuklir Korut sepenuhnya," kata Kim Chang-beom kepada CNNIndonesia.com.

Sejak Kim Jong-un meneruskan kepemimpinan sang ayah, Kim Jong-il, 2011 lalu, Korut tampak makin berambisi mengembangkan senjata rudal antar-benua dan nuklirnya. Pada 2017 lalu, sejumlah pengamat menilai bahwa peluru kendali Korut sudah bisa mencapai benua Amerika.

Selama 2017, Korut juga terhitung melakukan 23 uji coba rudal dan sekali uji coba nuklir. Padahal, berbagai tekanan dan pengetatan sanksi terus dijatuhkan pada negara terisolasi itu.

Rudal Hwasong-14 milik Korea Utara.Foto: KCNA/via REUTERS
Rudal Hwasong-14 milik Korea Utara.


Tak hanya program rudal dan nuklir, Korut juga menutup zona industri bersama Kaesong yang telah berdiri sejak 2004 pada Februari 2016 lalu.

Kim Chang-beom mengatakan meski Seoul dan Pyongyang sepakat mulai memperbaiki relasi, posisi Korea Selatan tetap sama, yakni menolak rudal dan nuklir Korut.

"Kami tetap mempertahankan posisi tegas kami bahwa program nuklir dan rudal Korut tidak dapat diterima. Kami ingin sekali melihat tidak ada lagi provokasi dari Korut, termasuk uji coba nuklir dan rudal baru," paparnya.

"Ada beberapa hal yang harus didiskusikan dalam pertemuan puncak nanti, tapi tentunya komunitas internasional, termasuk Korsel, telah secara tegas mendesak pelucutan senjata nuklir Korut sepenuhnya," kata Dubes Kim Chang-beom.

Meski begitu, Kim Chang-beom memaparkan masih terlalu dini menerka hasil yang akan didapat dari pertemuan kedua pemimpin negara yang secara teknis masih berperang itu. Pertemuan pemimpin Korsel dan Korut terakhir kali berlangsung pada 2007 silam.

Selain pelucutan nuklir, mantan dubes Korsel untuk Belgia itu mengatakan Seoul juga ingin memastikan bahwa Pyongyang memiliki posisi yang sama terkait pentingnya mewujudkan situasi kondusif demi mencapai perdamaian yang berkelanjutan ke depannya.

Kepala Delegasi Korsel yang berkunjung ke Pyongyang awal Maret lalu menyatakan Kim Jong Un bersedia melucuti senjata nuklirnya. Pemimpin Korut itu juga menyatakan maklum pada latihan perang bersama Korsel dan Amerika Serikat, sesuatu yang sebelumnya selalu menuai kegeraman Pyongyang.



Presiden AS Donald Trump juga menyatakan salah satu alasan mengapa dia menerima undangan Kim Jong Un adalah janji denuklirisasi pemimpin Korut itu.

Dubes Kim Chang-beom menyatakan Korsel percaya bahwa kali ini Korut benar-benar serius mengajak negaranya kembali ke meja perundingan guna menemukan solusi berlekanjutan mengenai denuklirisasi di kawasan.

"Kami sangat ingin melihat tidak ada lagi provokasi dari Korut, termasuk uji coba rudal dan nuklirnya. Saya pikir, hal itu juga dikatakan oleh Pemimpin Korut saat bertemu dengan delegasi Korsel di Pyongyang beberapa waktu lalu," ujar Kim Chang-beom.

Ia juga menilai Korut sudah sadar bahwa mempertahankan nuklir dan mengisolasi diri dari dunia internasional merugikan negara terutama masyarakatnya.

"Saya berpikir kepemimpinan Korut mulai menyadari secara tegas bahwa bekerja sama dengan komunitas internasional menguntungkan masyarakatnya. Saya juga percaya bahwa Korut sekarang telah merasa bahwa betapa pentingnya kembali ke meja perundingan," kata Kim Chang-beom.

[Gambas:Video CNN] (nat)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER