Zuckerberg: Facebook Dipakai Hasut Anti-Rohingya di Myanmar

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Selasa, 03 Apr 2018 13:58 WIB
Bos Facebook, Mark Zuckerberg, menyadari bahwa platform media sosialnya telah dijadikan alat propaganda anti-Rohingya di Myanmar.
Ilustrasi pembantaian Rohingya di Myanmar. (Handout via REUTERS)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bos Facebook, Mark Zuckerberg menyadari bahwa platform media sosialnya telah dijadikan alat propaganda anti-Rohingya di Myanmar.

Zuckerberg mengatakan orang-orang berupaya memanfaatkan Facebook sebagai alat untuk "menghasut bahaya nyata" di Myanmar dan pihaknya tengah berupaya mengatasi masalah tersebut.

"Perusahaan, saya pikir telah menaruh banyak perhatian terhadap isu di Myanmar," kata Zuckerberg saat diwawancarai Vox, Senin (2/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zuckerberg bercerita dia pernah mendapat telepon pada suatu pagi, menerima kabar soal penyebaran sejumlah pesan sensasional melalui layanan pesan instan Facebook Messenger.
Pesan itu, ujarnya, berisi hasutan dari kedua kubu yang berkonflik di Myanmar. Salah satu berisi pemberitahuan bagi kaum minoritas Muslim bahwa akan ada serangan dan pemberontakan dari warga mayoritas Buddha.

"Pesan itu menginstruksikan seluruh warga Muslim agar membawa senjata dan pergi ke suatu tempat. Pesan serupa juga muncul dari kelompok di sisi lainnya," kata Zuckerberg.

"Jadi hal itu saya pikir menunjukkan bahwa orang-orang mencoba menggunakan kami sebagai alat menghasut bahaya nyata."

Facebook, ujar Zuckerberg, langsung menyetop penyebaran pesan itu.
Pernyataan itu diutarakan Zuckerberg sementara Myanmar terus disorot dunia karena krisis kemanusiaan di negara bagian Rakhine yang kembali memburuk pada 2017 lalu.

Krisis itu dipicu bentrokan antara kelompok bersenjata Rohingya dan militer Myanmar pada 25 Agustus. Sejak itu, militer meluncurkan operasi militer yang mereka klaim diarahkan pada kelompok bersenjata.
Mark Zuckerberg mengakui media sosialnya digunakan untuk menghasut kekerasan di Myanmar.Mark Zuckerberg mengakui media sosialnya digunakan untuk menghasut kekerasan di Myanmar. (REUTERS/Mariana Bazo)
Alih-alih menangkap pelaku, militer bersama warga lokal diduga malah mengusir, menyiksa, hingga membunuh warga Rohingya yang selama ini dianggap sebagai imigran ilegal.

Krisis itu mendorong gelombang eksodus ratusan ribu Rohingya ke Bangladesh. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut tragedi kemanusiaan ini sebagai upaya "pembersihan etnis" Rohingya.
Dikutip Channel NewsAsia, wakil direktur Human Rights Watch, Phil Robertson, menyatakan Facebook merupakan media sosial yang cukup dominan dipakai masyarakat Myanmar. Namun, perusahaan tak menganggap negara itu sebagai salah satu pasar.

Menanggapi, Zuckerberg memaparkan perusahaan terus berupaya meminimalisir penyalahgunaan media sosialnya dengan memantau aktivitas komunitas pengguna Facebook di seluruh dunia.

Pria 33 tahun itu juga mengatakan Facebook terus berupaya menjadi "perusahaan yang lebih mendunia."

"Kami sudah memiliki kantor perwakilan di seluruh dunia jadi kami sudah cukup mendunia," ujar Zuckerberg.
"Namun, kantor pusat kami ada di California, Amerika Serikat, dan sebagian besar komunitas pengguna Facebook bahkan bukan berasal dari Amerika. Inilah tantangan konstan kami, untuk memantau dan menaruh perhatian pada seluruh orang di berbagai komunitas di seluruh dunia."

(aal/aal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER