Pangeran Saudi Buka Kemungkinan Serang Suriah

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Rabu, 11 Apr 2018 11:52 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, membuka kemungkinan negaranya ikut berperang di Suriah menanggapi dugaan penggunaan senjata kimia di Ghouta.
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, membuka kemungkinan negaranya ikut berperang di Suriah, menanggapi dugaan penggunaan senjata kimi di Ghouta. (Reuters/Amir Levy)
Jakarta, CNN Indonesia -- Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, membuka kemungkinan menyerang Suriah, menanggapi dugaan penggunaan senjata kimia di Ghouta pada akhir pekan lalu.

"Jika aliansi dan mitra Saudi meminta, kami akan melakukannya," ucap Mohammed kepada wartawan di Paris, Perancis, usai bertemu dengan Presiden Emmanuel Macron, Rabu (11/3).

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir, mengatakan sejumlah negara lain juga tengah berkomunikasi untuk menyikapi serangan senjata kimia itu.
Adel mengatakan Saudi mendesak seluruh pihak yang terlibat dalam serangan itu untuk bertanggung jawab.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Posisi kami adalah mereka yang terlibat harus bertanggung jawab dan diadili," kata Adel seperti dikutip Reuters.

Serangan gas yang terjadi di Suriah pada akhir pekan lalu menewaskan setidaknya 60 orang dan melukai lebih dari 1.000 orang lainnya di sejumlah lokasi di Douma yang berjarak tak jauh dari Ibu Kota Damaskus.
Kelompok-kelompok aktivis menyatakan bahwa serangan dengan gas beracun dalam bom barel yang dijatuhkan dari helikopter di atas Douma menyebabkan orang mati lemas dan tersedak.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Senin (9/4) menjanjikan tindakan yang cepat dan kuat sebagai tanggapan atas serangan tersebut.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga gagal mengadopsi resolusi guna merespons insiden itu dalam rapat darurat, Selasa (10/4).
Dalam rapat itu, Rusia memveto proposal yang diajukan Amerika Serikat untuk membentuk tim guna menelusuri dan mengidentifikasi pelaku serangan gas beracun itu.

Sementara itu, dua proposal yang diajukan Rusia dalam rapat itu juga gagal mendapat minimal 9 suara agar bisa diadopsi.

Dalam proposal keduanya, Moskow juga mengusulkan untuk mengirim tim pencari fakta Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) ke Suriah, tapi tak mengidentifikasi pelaku. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER